Mulai Bekerja Sewajarnya, Baikkah Quiet Quitting Untukmu?

Baikkah Quiet Quitting Untukmu
Baikkah Quiet Quitting Untukmu. (Sumber: freepik.com)
0 Komentar

Dalam beberapa keadaan, perilaku ini dapat dimaknai sebagai bekerja sesuai dengan regulasi. Orang bekerja di garis minimum, menghindari bekerja overtime, mengecek email di akhir pekan, atau melakukan beberapa pekerjaan untuk membantu perusahaan.

Mengapa Orang Melakukan Quiet Quitting?

Quiet quitting dilakukan atas berbagai alasan. Namun, Dr. Kordowicz mengungkapkan bahwa alasan terbesarnya adalah karena orang ingin mendapatkan kehidupan yang seimbang dengan pekerjaan mereka. Ini juga merupakan bentuk pertahanan diri atau coping mechanisme terhadap bekerja berlebihan dan burnout.

Sangat riskan untuk terjebak dalam pekerjaan dan mengesampingkan kehidupan. Oleh karenanya, perlu memberikan waktu kepada diri sendiri untuk relaksasi, memparaktikkan self-care, menghabiskan waktu dengan keluarga dan teman, hingga berolahraga.

Dampak Quiet Quitting

Baca Juga:Fenomena Hustle Culture, Gila Kerja yang Berbahaya

Quiet quitting oleh Dr. Kordwicz digambarkan sebagai langkah seseorang untuk mempertahankan kesejahteraan dengan mengatur cara bekerja dan mlebih membatasi diri di dalam garis dengan kebutuhan berkembang, dibanding mendekati risiko burnout dengan bekerja dengan waktu yang panjang.

Tentu saja, ketika orang tidak gila bekerja, mereka menjadi memiliki waktu lebih banyak untuk melakukan hal lain, termasuk menghabiskan waktu dengan keluarga, merawat tubuh dan mental, atau sesederhana melakukan hal-hal yang mereka sukai.

Sementara itu, perusahaan perlu untuk beradaptasi dengan perilaku yang mulai populer di kalangan generasi Z. Generasi terdahulu mungkin memiliki perspektif bahwa apa pun bisa dicapai dengan kerja keras dan dedikasi. Akan tetapi, generasi yang lebih muda sering kali tidak memiliki keyakinan yang sama bahwa sistem akan bekerja untuk mereka. Mereka juga lebih memiliki kesadaran terhadap kesejahteraan.

Bekerja dapat menjadi sesuatu yang berkontribusi mendatangkan stres. Sehingga, tidak heran jika orang memilih untuk mulai berperilaku quiet quitting. Tidak ada yang salah dengan keinginan untuk bekerja keras dan melakukan sesuatu yang berada di luar deskripsi pekerjaan yang dimiliki. Akan tetapi, penting untuk menyediakan waktu untuk diri sendiri pula.

Meskipun menikmati pekerjaan yang dimiliki, bukan sesuatu yang tepat untuk mengesampingkan aspek lain dalam kehidupan dan kesejahteraan.

0 Komentar