Mental Health Foundation United Kingdom di Inggris juga menyebutkan bahwa 14,7 pekerja menderika gangguan kesehatan mental yang disebabkan oleh kesehatan. Kondisi serupa juga ditemui di Jepang, di mana jumlah penderita penyakit jantung, stroke, dan gangguan mental meningkat tiga kali lipat karena kelelahan yang datang dari tempat kerja.
Pada dasarnya, bekerja keras memang merupakan hal yang positif, tetapi hal ini tidak lagi bertahan ketika orang mengesampingkan kesehatan dirinya ketika berlaku demikian. Fakta di atas merupakan bagaimana gila kerja dapat berimbas pada kesehatan mental.
Namun, tidak hanya pada kesehatan mental, kondisi fisik manusia juga dapat terganggu karena penerapan hustle culture. Penelitian yang dipublikasikan oleh Current Cardiology Reports dengan mengobservasi 740.000 pekerja yang tidak memiliki penyakit kardiovaskular bawaan, memberikan temuan bahwa mereka yang bekerja lebih dari 55 jam per minggu memiliki potensi peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular seperti penyakit jantung koroner.
Baca Juga:MU Kalah 7-0, Gary Neville dan Roy Keane: MemalukanThe Untold Story: 6 Titik Rentan Pekerja Batik di Kota Pekalongan
Penelitian tersebut juga mengungkapkan bawa kerja lembur dapat berkontribusi pada resistensi insulin, aritmia, hiperkoagulaso, diabetes, bahkan stroke.
Tidak hanya bagi diri sendiri, perilaku kerja dengan ritme hustle culture juga dapat berdampak pada partner di pekerjaan, di mana orang dengan budaya tersebut juga menuntut orang lain agar bekerja dengan ritme yang seirama dengannya. Pada akhirnya, hal tersebut dapat berakibat buruk pada produktivitas tim.
Berdamai dengan Hustle Culture
Kamu mungkin memiliki target yang tidak ingin kamu lepaskan. Akan tetapi, kamu perlu mengetahui bahwa dirimu harus berada di posisi pertama dalam skala prioritasmu. Kamu tidak bisa mengabaikan waktu istirahat, kesehatan, hingga kebutuhanmu untuk bersenang-senang karena mengejar targetmu. Ingat, ketika kamu berada di kondisi tidak baik, itu justru juga akan berdampak pada produktivitasmu. Maka, seimbangkanlah ritme hidupmu sejak awal.
Kamu juga tidak perlu membanding-bandingkan pencapaianmu dengan miliki orang lain. Mudah bagimu untuk membayangkan bahwa kamu harus bekerja lebih keras untuk bisa berada di titik yang sama dengan mereka. Namun, kamu terkadang tidak menyadari bahwa setiap orang memiliki starting point dan latar belakang yang berbeda-beda.