FOMO Berimu Dampak Negatif, 5 Hal Ini Bisa Jadi Solusinya

FOMO dapat beri dampak buruk, ini tips untuk meminimalisirnya
FOMO dapat beri dampak buruk, ini tips untuk meminimalisirnya. (Sumber: freepik.com)
0 Komentar

FOMO atau fear of missing out merupakan istilah yang merujuk pada persepsi seseorang bahwa orang lain merasakan banyak kesenangan, hidup dengan lebih baik dari dirinya, dan memiliki pengalaman yang lebih baik dari yang mereka miliki. Emosi ini meliputi perasaan iri dan cemburu hingga memengaruhi self-esteem atau penghargaan terhadap diri sendiri.

Fenomena ini terus meningkat, terutama dengan campur tangan sosial media. Bukan hal yang sepele, FOMO dapat mendatangkan tekanan yang signifikan dalam kehidupan manusia.

Meski bukan istilah baru, studi tentang FOMO baru dilakukan satu dekade belakangan, dimulai dengan penelitian pada tahun 1996 oleh Dr. Dan Herman, seorang ahli strategi pemasaran.

Baca Juga:Jangan Kecewa! Lakukan 7 Hal Ini Jika Hidup Tidak Sesuai RencanaMulai Bekerja Sewajarnya, Baikkah Quiet Quitting Untukmu?

Sejak kehadiran sosial media, FOMO menjadi semakin jelas dan lebih banyak diteliti. Sosial media memengaruhi fenomena ini dalam berbagai jalan, di mana ia menyediakan situasi yang membuat orang membandingkan dirinya dengan orang lain.

Di samping meningkatkan perasaan tidak bahagia, fear of missing out ini dapat berpotensi terhadap timbulnya kebiasaan yang tidak sehat. Misalnya, dalam studi Komputer dan Perilaku Manusia, ditemukan bahwa FOMO juga berkaitan dengan gangguan mengemudi, yang dalam beberapa kasus bisa mematikan.

Orang juga cenderung konsumtif karena melihat gaya hidup orang lain, memforsir diri dalam bekerja hingga berakibat buruk pada kesehatan baik fisik maupun mental, dan lainnya.

Berikut merupakan beberapa langkah yang dapat dijadikan rujukan untuk meminimalisir FOMO dan menghindari akibat buruk yang dihadirkan olehnya.

Ubah Fokus

Daripada fokus pada kekurangan dan ketertinggalan, cobalah untuk memperhatikan apa yang dipunya. Tentu saja, hal ini merupakan sesuatu yang lebih mudah diucapkan dibanding dilakukan, terutama jika sudah berhubungan dengan sosial media di mana manusia kemungkinan besar dibombardir dengan gambaran tentang hal-hal yang tidak dimiliki. Akan tetapi, bukan tidak mungkin untuk melakukannya.

Orang bisa memulainya dengan menambahkan lebih banyak hal positif di unggahan sosial media mereka, juga fokus pada interaksi dengan orang-orang yang positif. Sebaliknya, mereka bisa mulai untuk mengurangi interaksi dengan akun sosial media milik orang yang cenderung terlalu menyombongkan diri atau tidak memberikan dukungan kepada mereka.

0 Komentar