Di Indonesia, hak perempuan dalam pendidikan mungkin sudah terbuka bagi yang ingin mengampu jenjang yang lebih tinggi. Namun, dalam prosesnya masih banyak bias-bias gender yang terjadi.
Salah satunya adalah penggambaran perempuan dalam pendidikan yang masih sangat timpang dibandingkan dengan laki-laki. Selain itu tokoh-tokoh dalam buku-buku teks lebih sering digambarkan dalam konteks pekerja domestik, saat laki-laki digambarkan dengan pekerja profesional.
Dari sini, stereotip dan stigma bias terhadap perempuan muncul serta bertahan. Memunculkan gambar bahwa perempuan tidak memerlukan pendidikan yang tinggi, dan hal itu dianggap normal. Hingga saat perempuan menuntut untuk mendapat kesetaraan hak, hal itu nampak seperti penentangan terhadap budaya yang sudah lama ada dalam patriarki Indonesia.
Baca Juga:8 Hobi yang Menghasilkan Uang: Bermain Game Jadi Salah Satunya!Honda Smart Key System Sudah Terinstal Pada Sepeda Motor Honda Terbaru 2023, Apa Saja Kelebihannya?
Terlebih bagi perempuan-perempuan yang memilih fokus pendidikan dan karir yang terbilang masukulin. Mereka akan mendapat pandangan berbeda dan diangggap sebagai anomali oleh lingkungan sekitarnya.
Kesetaraan Hak dari Hasil Pendidikan
Ilustrasi oleh pikisuperstar di Freepik
Hak perempuan dalam pendidikan akan terpunihi jika perempuanjuga bisa mendapat pandangan karir sama bebasnya dengan laki-laki. Yang menjadi masalah adalah, kembali pada masyarakat yang komunal, Indonesia hanya melihat perempuan sebagai orang yang berperan dalam rumah tangga.
Kalau pun ada perempuan yang sudah memulai karirnya sembari sibuk megurus rumah dan keluarga, tempat kerja dia tidak memiliki kebijakan yang bisa memudahkan perempuan untuk melakuka dua peran tersebut.
Dalam hal ini, Indonesia bisa melihat contoh dari negara-negara Nordik yang dianggap bisa menyetarakan peran gender dalam kair juga dalam rumah tangga.
Dalam penerapannya, norma kesetaraan di sana mencangkup kesetaraan kesempatan pendidikan, kesetaraan gaji dengan nilai pekerjaan yang dilakoni, serta kesetaraan gender dalam rumah tangga.
Dengan begitu, hak perempuan dalam pendidikan pun bisa terwujud. Dan yang menjadi tantangan adalah ketersediaan masyarakat dan pemerintah untuk mendukung kesetaraan ini. karena perempuan pun berhak untuk melanjutkan jenjang karir mereka setelah pendidikan yang mereka empu.
Penutup
Hari Perempuan Internasional adalah kesempatan untuk mengingatkan kita semua tentang pentingnya hak pendidikan untuk perempuan.