Iran-Saudi memang saling memutus hubungan akibat ketegangan 7 tahun lalu. Hari itu, di awal tahun 2016, Saudi mengeksekusi ulama besar aliran syiah: Nimr Baqir Al Nimr.
Kelas keulamaan Nimr sudah di level ayatullah. Ia juga jadi pujaan anak muda wilayah timur Saudi Arabia. Pengaruhnya sampai Bahrain, Qatar dan Abu Dhabi.
Ulama itu kelahiran Al Awamiyah, bagian timur Arab Saudi. Usianya 64 tahun. Pendidikannya di Iran dan Yaman. Ia memang gemar mengkritik Saudi Arabia. Dan penguasanya. “Harus ada Pemilu di sini,” ujarnya di berbagai pidatonya.
Baca Juga:Durian Celeng Kandeman Dirazia, Ini HasilnyaArab Yahudi
Ayatullah Nimr juga dituduh di belakang maraknya demonstrasi anti pemerintah di wilayah timur Saudi. Gerakan Nimr ini marak bersamaan dengan munculnya gerakan serupa di berbagai negara Arab. Yakni di tahun 2010-2012.
Pada saat itu Nimr tertembak kakinya. Ia pun ditangkap.
Dua sepupunya juga tewas. Salah satu sepupu lainnya ditangkap. Masih 17 tahun. Anak ini juga dijatuhi hukuman mati – -belakangan dibebaskan.
Istri Nimr sakit keras. Dibawa ke New York. Meninggal di sana saat Nimr masih di tahanan.
Tuduhan untuk Nimr bertambah: memperjuangkan kemerdekaan wilayah timur Saudi. Ia dianggap separatis. Lalu ditambah lagi tuduhan lain: mengundang intervensi asing.
Nimr sendiri di tahun 2014 dijatuhi hukuman mati. Ia dieksekusi di tahun 2016 bersama 47 orang lainnya. Iran marah besar. Hubungan diplomatik diputus. Kedubes Arab Saudi di Tehran didemo. Dirusak.
Kepopuleran Nimr saat itu sudah seperti Nasrullah, pemimpin Hisbullah, di Lebanon. Kata-katanya adalah fatwa yang diikuti umatnya.
Setelah ketegangan 2016 itu banyak terjadi perubahan. Arab kian terbuka. Iran ganti presiden. Tiongkok bersitegang dengan Amerika. Xi Jinping jadi Mao baru.
Dan si Pipi tembem sudah kembali ke Makkah.(Dahlan Iskan)