JAKARTA, RADARPEKALONGAN.ID – Murid mau jadi problem solver? Ada sebuah program yang dapat membantu murid, namanya program makerspace. Simak penjelasannya.
Marsaria Primadonna, Ketua Kampus Guru Cikal, menjadi narasumber dalam Digital Educators of Women in Indonesia (DEWI) yang digelar Tokopedia Academy besama Gen.Ed. Pada kesempatan tersebut, dia memperkenalkan program Makerspace, ruang eksplorasi murid, yang dia inisiasi saat masih menjadi guru di Sekolah Cikal.
Tujuan Program Makerspace
https://www.youtube.com/watch?v=oQvcbLmNfok
Program Makerspace bertujuan memantik murid untuk menjadi problem-solver atas masalah yang ada di sekitarnya. Program Makerspace juga menjadi jawaban atas beragamnya minat belajar murid.
Baca Juga:Dibuka Sejak 15 Maret Mudik dan Balik Bareng Honda, Di Sini Pendaftarannya, Jangan Tertinggal7 Fakta Menarik, Wisuda dan Uji Kompetensi Kelas Peminatan SMP Muhammadiyah Pekajangan
Pada program itu, murid akan memiliki iTime selama satu semester. iTime adalah waktu yang dapat digunakan murid untuk eksplorasi, riset, dan mendesain rencananya.
“Jadi setiap minggu, murid punya satu jam untuk mencoret-coret, membuat draft, atau pun sketsa yang ingin dibuatnya. Mencari informasi. Mulai coba desain hingga ke bentuk konkretnya,” papar Pima, sapaan akrab Marsaria.
Pada program tersebut, Pima menerapkan proses berpikir secara desain pada murid-muridnya. Dia menggunakan sprint design, pola berpikir yang biasanya digunakan oleh pendiri startup.
Terdapat lima fase dalam sprint design, yakni understand, define, ideation, decide, prototype, dan validate. Pima juga menekankan empati dalam proses berpikir ini.
Hasilnya, murid menemukan beragam masalah dan hadir dengan solusi yang telah dirancang. Misalnya saja, salah satu murid Pima memiliki perhatian pada animal abuse. Projek solusinya adalah film animasi sebagai bentuk kampanye anti animal abuse. Murid mencari informasi lengkap tentang binatang hingga cara membuat animasi video.
Marsaria Primadonna saat mempresentasikan proses belajarnya untuk menjadi guru yang bisa mendampingi murid menjadi problem-solver. (foto: yayasan guru belajar)
Program Markerspace tidak selamanya berhasil
“Apakah harus selalu berhasil? Tentu tidak, namanya belajar. Pernah ada murid saya yang menemukan masalahnya, adalah, tentang lingkungan. Dia merasa tumbuh di lingkungan yang masyarakatnya tidak peduli dengan hal itu. Dia menggelar workshop membuat sabun yang ramah lingkungan, dilanjutkan dengan kontes online,” cerita Pima.