RADARPEKALONGAN.ID – Malang nian nasib Mbah Parmin (72), warga Dusun Gentong, Desa Gempolsewu, Kecamatan Rowosari Kendal. Di usia senjanya ia harus tinggal sebatang kara menempati gubuk reot yang sempit di atas lahan milik orang lain. Kondisinya yang memprihatinkan ini akhirnya mengundang kepedulian sejumlah anak-anak muda yang menamakan dirinya Relawan Mbah Parmin.
Jangan bayangkan rumah yang ditempati Mbah Parmin ini selayaknya rumah mungil di kampung. Sebab selain ukurannya yang hanya 2 x 2 meter, konstruksi bangunan juga tak bisa melindungi Mbah Parmin dari panas dan dingin serta air hujan. Sebab selain dinding gubuknya sudah banyak yang rusak, atapnya juga banyak berlubang.
Memang kasihan nasib Mbah Parmin, sementara ini dia hanya pasrah dan untuk bisa menikmati hari tuanya di gubuknya yang rawan roboh tersebut. Oleh relawan warga desa setempat, kondisi yang dialami Ahmad Parmin atau Mbah Parmin pernah diajukan bantuan untuk pembangunan rumah ke desa, namun pihak desa meresponya secara normatif dan hanya mengajukanya bantuan ke Baznas dan Dinas Perkim.
Baca Juga:Imbas Ekonomi Sedang Sulit, Uang Rp 100 Ribu Kian Tak Berdaya?Hasil Panen Bawang Merah Tak Maksimal Akibat Cuaca Ekstrem di Awal 2023
“Kalau nunggu bantuan pemerintah bisa tahunan. Padahal bantuan pembangunan rumah Mbah Parmin sifatnya mendesak. Sehingga di bulan suci Ramadan tahun ini Mbah Parmin dapat menikmati hidup di gubuknya tanpa lagi harus merasakan dinginnya angin malam dan bocoran air hujan,” kata Sugeng, relawan peduli nasib Mbah Parmin, warga Desa Gempolsewu, Rabu (15/3/2023).
Gerakan Bantu Nasib Mbah Parmin
Sugeng mengungkapkan, Mbah Parmin di usia mudanya adalah seorang yang gigih dalam bekerja. Bahkan di tanah tempat gubuknya berdiri itu, Mbah Parmin adalah orang yang pertama membabat alas. Kemudian mendapatkan kepercayaan dari orang untuk menunggui sawah sampai kapanpun dia mau dan bahkan hingga sekarang. Mbah Parmin tinggal digubuk di tanah milik orang yang dibuatnya itu tidak sendirian akan tetapi bersama istrinya. Kemudian istrinya meninggal dan hingga sekarang tinggal sendirian.
Kondisinya yang senja dan sakit-sakitan memunculkan rasa iba dari warga desa setempat. Tak sedikit dari warga yang peduli memberikan makanan kepadanya hanya untuk menyambung hidup. Melihat kondisinya saat ini yang dibutuhkan hanya tempat tinggal yang layak. Relawan desa mengajak pekerja sosial menggalang danai untuk merehab gubuk atau pembuatan rumah layak huni.