RADARPEKALONGAN.ID – Sebagai muslim yang hidup di Indonesia, kalian tentu pernah mendengar tentang sidang isbat, termasuk kapan dan bagaimana rangkaian sidang isbat kan? Nah, karena sebentar lagi Ramadan tiba, ada baiknya kalian tahu lebih sedikit tentang kapan dan bagaimana rangkaian sidang isbat yang akan dilaksanakan Kementerian Agama RI.
Nah, secara bahasa sidang isbat sendiri kurang lebih bermakna sidang untuk menentukan atau menetapkan suatu peristiwa. Pengertian ini jadi relate sama penentuan awal bulan Ramadan, untuk menunjukkan bahwa dalam menentukan awal Ramadan ini tidaklah mungkin dilakukan dengan sembarangan.
Sidang isbat adalah sidang yang dilaksanakan untuk penetapan dalil syar’i di hadapan hakim dalam suatu majelis. Hal ini dilakukan untuk menetapkan suatu kebenaran atau peristiwa yang terjadi.
Baca Juga:Jangan Berlebihan juga, Ini 3 Efek Samping Makan Kurma KebanyakanKapan Puasa 2023 Hitung Mundur? Yuk, Simak Ulasannya!
Sidang isbat dilaksanakan oleh Kementrian Agama untuk menentukan hari hari besar agama Islam seperti penetapan awal puasa atau tanggal satu Ramadan, Hari Raya Idul Fitri atau tanggal 1 Syawal, dan untuk menentukan tanggal 10 Dzulhijjah atau Hari Raya Idul Adha.
Oiya, kalian juga perlu tahu kalau sidang isbat untuk menentukan awal Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha sudah dilaksanakan pemerintah sejak tahun 1950, lho. Hanya saja, saat itu penyelenggaraannya masih amat sederhana, yang berpedoman pada fatwa para ulama bahwa negara punya hak untuk menentukan datangnya hari-hari tersebut.
Nah, pada prosesnya akhirnya pemerintah membentuk Badan Hisab Rukyat (BHR) pada 1970, yang strukturnya berada di bawah Kementerian Agama RI. Isinya bukan tak sembarangan, karena di dalamnya ada para ahli, ulama dan ahli astronomi, yang tugas intinya memberikan informasi, memberikan data kepada Menteri Agama tentang awal bulan Ramadan, Syawal, dan Dzulhijjah.
Dalam perkembangannya pula, konsep dan penyelenggaraan sidang isbat menjadi lebih semarak. Di mana sidang ini dihadiri unsur pemerintah, seluruh perwakilan ormas Islam, sampai perwakilan negara sahabat, seperti Malaysia, Brunei, dan lainnya.
Sidang isbat biasanya dilakukan sehari sebelum hari yang diperkirakan sebagai awal Ramadan atau Syawal. Atau intinya di akhir Sya’ban dan akhir Ramadan. Hal ini juga menunjukkan bahwa baik metode hisab hakiki wujudul hilal yang biasa dipakai ormas Muhammadiyah maupun rukyatul hilal yang dipakai ormas NU dan lainnya sebetulnya saling beririsan. Karena proses rukyat sendiri dengan demikian tetap mengacu pada perhitungan (hisab) penanggalan hijriyah yang ada. Hanya saja, dengan metode rukyatul hilal, mereka tetap harus melakukan pengamatan astronomis untuk melihat hilal.