“Rumah yang dibuat layak untuk ditinggali Mbah Parmin. Dengan rehab gubuk Mbah Parmin ini, harapannya beliau bisa menghabiskan masa tuanya di rumah tersebut dengan lebih layak dan tetap bisa bekerja menjaga sawah milik orang lain,” ungkapnya.
Kemalangan Mbah Parmin Iba
Seperti diberitakan sebelumnya, diketahui nasib Ahmad Parmin (72) atau karib disapa Mbah Parmin terbilang malang. Di usia senjanya ia harus tinggal sebatang kara menempati gubug reot yang sempit di atas lahan milik orang lain di Dusun Gentong, Desa Gempolsewu, Kecamatan Rowosari Kendal. Kondisinya yang memprihatinkan ini akhirnya mengundang kepedulian sejumlah anak-anak muda yang menamakan dirinya Relawan Mbah Parmin. Seperti apa?
Jangan bayangkan rumah yang ditempati Mbah Parmin ini selayaknya rumah mungil di kampung. Sebab selain ukurannya yang hanya 2 x 2 meter, konstruksi bangunan juga tak bisa melindungi Mbah Parmin dari panas dan dingin serta air hujan. Sebab selain dinding gubugnya sudah banyak yang rusak, atapnya juga banyak berlubang.
Baca Juga:Masalah Inflasi Bikin Uangmu Cepat Habis? Yuk, Pahami Tipis-tipis[PUISI] Sembagi Arutala
Dia hanya pasrah dan untuk bisa menikmati hari tuanya di gubuknya yang rawan roboh tersebut. Oleh relawan warga desa setempat, kondisi yang dialami Ahmad Parmin atau Mbah Parmin pernah diajukan bantuan untuk pembangunan rumah ke desa, namun pihak desa meresponya secara normatif dan hanya mengajukanya bantuan ke Baznas dan Dinas Perkim.
“Kalau nunggu bantuan pemerintah bisa tahunan. Padahal bantuan pembangunan atau rehab gubuk Mbah Parmin sifatnya mendesak. Sehingga di bulan suci Ramadan tahun ini Mbah Parmin dapat menikmati hidup di gubuknya tanpa lagi harus merasakan dinginnya angin malam dan bocoran air hujan,” kata Sugeng, relawan peduli Mbah Parmin, warga Desa Gempolsewu, Rabu (15/3/2023).
Sugeng mengungkapkan, Mbah Parmin di usia mudanya adalah seorang yang gigih dalam bekerja. Bahkan di tanah tempat gubuknya berdiri itu, Mbah Parmin adalah orang yang pertama membabat alas. Kemudian mendapatkan kepercayaan dari orang untuk menunggui sawah sampai kapanpun dia mau dan bahkan hingga sekarang. Mbah Parmin tinggal di gubuk di tanah milik orang yang dibuatnya itu tidak sendirian akan tetapi bersama istrinya. Kemudian istrinya meninggal dan hingga sekarang tinggal sendirian.