RADARPEKALONGAN.ID – Kreativitas tangan-tangan orang Pekalongan tak kalah dengan daerah lain seperti Jepara yang terkenal dengan ukiran kayunya. Canting hias Pak Mahmud Landungsari menjadi salah satu yang layak untuk diapresiasi.
Sayangnya, baru beberapa tahun ini canting hias Pak Mahfud tersorot oleh Pemerintah Kota Pekalongan. Padahal sudah sejak 1990an Pak Mahmud memulai bisnis tersebut tanpa campur tangan pemerintah kota.
Dari Canting Cap ke Canting Hias
Berawal dari belajar canting cap dari ayahnya tahun 1980an, Pak Mahmud menemukan ide bisnis lain yang lebih menjanjikan. Karena Pak Mahmud menilai canting cap tak terlalu banyak menghasilkan uang.
Baca Juga:5 Tips Poligami ala Mat Peci, Istri Tak Harus Tersakiti. Yuk, Simak UlasannyaKisah Poligami Keluarga Mat Peci, Nyata Tanpa Drama! Hidup Bahagia dengan 2 Istri
Basic skill yang dikuasai dari ayahnya kemudian ia kembangkan lagi dalam bentuk lain. Dengan sentuhan seni yang menciptakan genre baru dalam khazanah percantingan di kota batik.
“Kalau pengen bisa nggawe canting hias, kudu bisa nggawe canting cap dulu,” tutur pegiat canting hias, Pak Mahmud.
Menurut Pak Mahfud, orang belajar tak bisa langsung ujuk-ujuk bisa canting hias. Sebab dasar seni membuat canting hias, ada dalam pembuatan canting cap.
Belajar dulu bagaimana mengatur lempengan tembaga dipotong kecil-kecil. Membuat bentuk bunga, anyaman-anyaman hingga detail rumit lainnya yang harus dikerjakan secara teliti dan hati-hati.
Kalau tidak, siap-siap merugi saja. Sebab lempengnya tembaga yang jadi bahan pembuatannya rusak tak berfungsi karena sudah tak berbentuk utuh lagi. Ditambah lagi harga yang kian tinggi bahan mentahnya.
Pak Mahmud merupakan satu diantara puluhan perajin canting yang ada di Landungsari. Namun 90 persen perajin canting masih bergelut dengan canting cap.
Canting hias pak Mahmud
Memang canting cap tak buruk-buruk amat mengingat masih banyak yang butuh juragan-juragan batik di Kota Pekalongan. Namun dibanding dengan canting hias, canting cap tak terlalu banyak keuntungannya. Satu canting hias Pak Mahmud bisa dihargai 300 hingga jutaan rupiah.
Baca Juga:Rekomendasi 6 Tempat Bukber Sama Keluarga Pacar Sekitar Kota PekalonganPacaran yang Dibolehkan dalam Agama, Yuk Simak 5 Syarat dan Ketentuannya
Makanya mulai tahun 1990an ia tak lagi memproduksi canting cap dan beralih ke canting hias karena dirasa cukup menguntungkan. Tak peduli dicemooh kawan-kawannya karena dianggap tak laku kalau dijual ke juragan-juragan batik.