“Saya merasa bahagia, mendapatkan kesempatan bersilaturrahim bersama, khususnya Jamaah Pengajian Ahad Pagi 1939 Keliling Kota Semarang, terlebih dalam suasana yang agamis, kekeluargaan dan kebersamaan. Pengajian ini merupakan salah satu bentuk kegiatan dakwah atau tabligh dalam rangka penyampaian ajaran-ajaran Islam,” tutur Nur Fuad.
Warisan KH Ahmad Abdul Hamid Kendal
Terlebih, pengajian ini juga telah memiliki sejarah panjang dan merupakan warisan ulama masyhur asli Kendal, KH Ahmad Abdul Hamid Kendal.
“Keberkahan dari Allah yang kita dambakan itu, memperolehnya harus dengan berdoa dan berusaha yang sungguh-sungguh, yakni dalam bentuk memantapkan iman dan taqwa serta selalu menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dalam kehidupan kita sehari-hari,” tutup Nur Fuad mengakhiri sambutan Bupati Kendal.
Baca Juga:2.084 Anggota PPNI Kendal, Baru 40% Perawat Berstatus ASNAda Sejak Zaman Belanda, Pasar Desa Brangsong Direvitalisasi dengan Anggaran Rp 3,1 Miliar
Sedangkan, Wakil Ketua MUI Pusat, dalam tausiyahnya menyampaikan, bahwa para Kiai zaman dulu terus berkumpul untuk mencinta-citakan menginginkan negara Indonesia berdiri, termasuk Simbah Kiai Ahmad Abdul Hamid Kendal bersama teman-temannya pada masa itu dengan membuat pengajian Ahad Pagi sejak tahun 1939.
“Maka kita harus menjaga tingalan-tinggalan yang diwariskan oleh para Kiai, agar tetap menjadikan manfaat bagi generasi selanjutnya. Kita semua sebagai warga negara Indonesia, baik mulai para pejabat, para tokoh agama, tokoh masyarakat ini wajib hukumnya untuk menjaga persatuan dan kesatuan negara Indonesia,” terang Marsudi Syuhud.
Dilansir dari portal nu.or.id, KH Ahmad Abdul Hamid Kendal juga dikenal sebagai sosok yang multitalenta. Selain produktif mengarang kitab yang sebagian besar beraksara Arab pegon dengan Bahasa Jawa, Sunda, maupun Bahasa Indonesia. Dia juga dikenal sebagai seorang atlet dan olahragawan yang cukup berbakat, khususnya sepakbola. (sef)