RADARPEKALONGAN.ID – Perempatan Alun-alun Kota Pekalongan ke timur sedikit, jalan Dr. Cipto Mangunkusumo Kelurahan Suguhwaras, di situlah Toko Buku Karuhun Pekalongan masih eksis. Nampak satu toko isinya buku semua. Tak terelakkan lagi pergeseran zaman yang dilalui Indri dari dekade ke dekade.
Zaman sekarang orang baca buku, tabloid, komik dan majalah bisa lewat handphone. Membuat bisnis Indri tak seperti 60 tahun yang lalu—waktu awal-awal masih berumur 10 tahun.
Kala itu buku, tabloid, komik dan majalah selalu diburu para pecinta literasi. Ada yang beli karena suka dengan komik tertentu, tabloid atau majalah edisi terbaru atau mahasiswa-mahasiswa yang lagi nyari referensi buku.
Baca Juga:4 Tips Jitu Menguasai Teknik Canting Hias ala Pak Mahmud5 Cara Membuat Canting Tulis, Yuk Simak Ulasannya
“Wah le, Yo dulu banyak oh yang beli. Lha wong ini (toko buku karuhun Pekalongan) udah terkenal apa-apa butuh buku ya kesini,” ujar Indri pemilik toko.
Bertahan di Tengah Kecanggihan Ponsel Pintar
Kehadiran ponsel pintar sedikit banyak mengubah cara orang mendapatkan informasi. Dulu orang-orang datang ke toko buku untuk sekedar melihat-lihat koran yang dipajang di papan.
“Biyen yo akeh mas seng teko kene ndelok moco koran,” ujar bapak penjual poster persis depan toko.
Toko Buku Karuhun Pekalongan dengan segala kenangannya masih bertahan. Memang tak lagi ada koran yang dijual, karena informasi sudah gampang didapat dari ponsel pintar.
Buat apa susah-susah ke suatu tempat kalau sudah disediakan di ponsel pintar. Buku, tabloid, komik dan majalah tak banyak yang beli seperti dulu.
Bahkan beberapa produk koran lokal seperti Radar Pekalongan sampai koran-koran Jateng masuk tersedia di Toko Buku Karuhun Pekalongan.
“Sekarang yo sudah nggak ada lagi le, cuma jual buku-buku, komik-komik, tabloid sama majalah. Wes itu tok koran nggak jual lagi soale kurang laku,” kata Indri.
Baca Juga:4 Jenis Kerajinan Canting yang Diproduksi di Pekalongan, Kamu Wajib Tahu!Wow! Canting Hias Pak Mahmud Tembus Pasar Internasional, Harganya Bisa Sampai Rp 300 Juta
Nurul mengenang kembali kenangan dulu toko bukunya yang sempat melejit sebelum muncul ponsel pintar. Setiap hari para kurir koran berdatangan untuk menitipkan karya jurnalistik para wartawan.
Kata sang pemilik Toko Buku Karuhun Pekalongan, pemandangan itu lenyap seketika 2013-an hingga sekarang ini. Sebabnya beberapa koran dari Jateng sudah tak produksi lagi.