Tapi jenis pesawat A380 sudah tidak diproduksi lagi. Riyadh Air memilih Boeing 787 Dreamliner. Tidak ada yang istimewa. Japan Airlines atau All Nippon Airways sudah lama memilikinya.
Mungkin Riyadh Air akan memainkan desain interiornya. Agar sama-sama 787 tapi beda rasa.
Itu terlihat di pengaturan interiornya A380. Saya pernah naik A380 dari Frankfurt ke Beijing. Milik South China Airlines. Rasanya begitu beda dengan pesawat sejenis milik Emirates. Emirates bisa mendesain A380 begitu mewahnya.
Baca Juga:Duarrr! Puluhan Wanita Cantik ini Jadi Korban Investasi bodong dan Arisan Online, Segini Nilai KerugiannyaBisikan Partner
Keunggulan yang akan dimainkan Riyadh Air adalah bandaranya. Kemegahan bandara Dubai Anda sudah tahu. Jauh mengalahkan Abu Dhabi, Muscat di Oman, maupun Doha di Qatar.
Maka Riyadh Air tidak akan menggunakan bandara International Riyadh yang sekarang. Yang namanya King Khalid International Airport.
Pangeran Mohammed bin Salman pilih membangunkan bandara baru untuk Riyadh Air. Luasnya 57 km2. Landasan pesawatnya jejer enam sekaligus. Tiga untuk mendarat bersamaan, tiga untuk takeoff bersamaan.
Bandara baru itu diberi nama sama dengan nama ayahnya: King Salman International Airport.
Rasanya baru di Riyadh nanti ada bandara sampai punya enam runway. Bandara besar Heathrow London hanya punya 2 runway. Bandara John F. Kennedy New York punya empat runway. Bandara Atlanta punya 5 runway.
Ups, saya lupa, bandara Chicago O’Hare punya 8 runway. Dan semua itu kalah dengan bandara Morotai di Maluku Utara: punya 9 runway. Begitu pentingnya Morotai pada masa perang dunia kedua.
Juanda Surabaya belum juga bisa membangun runway kedua. Akibatnya sampai sekarang belum ada penerbangan malam dari dan ke Juanda. Sampai tiga bulan ke depan waktu malam di Juanda dipergunakan untuk perbaikan landasan.
Baca Juga:Cinta CilakaPanitia Drag Truck KITB Sesalkan Tindakan Kapolres Tak Keluarkan Izin
Membangun bandara sekaligus enam landasan di Riyadh apalah sulitnya. Mau 15 landasan pun bisa. Tanah ada. Uang ada. Kemauan Pangeran Mohammed sangat besar. Tidak ada satu pun yang meragukan rencana itu tertunda.
Siapa CEO Riyadh Air pun sudah diputuskan: Tony Douglas. Jabatan terakhirnya: CEO Etihad. Sebelum itu ia sudah muter-muter di berbagai jabatan terkait perusahaan penerbangan di jazirah Arab.