11 Tahun Amalkan Salat Hajat, Kedua Orangtua Ini Hantarkan Anaknya Wisuda STAN dan Bekerja di Kementerian

amalkan Salat hajat
11 tahun mengamalkan salat hajat, menghantarkan kedua anaknya wosuda di STAN dan bekerja di Kementerian. (foto: dok pribadi)
0 Komentar

Kadang godaan muncul, mau sampai kapan kesulitan hidup ini akan dialami. Tapi ketika sadar Bambang segera istigfar memohon ampun kepada Allah.

Demikian juga dengan istri Bambang, Maskanah. Walaupun tinggal di rumah, di jam yang sama melakukan ibadah yang sama. Sepertinya mereka sudah bersepakat bahwa hanya bergantung kepada Sang Maha sajalah persoalan hidupnya dapat teratasi. Amalkan salat hajat jadi kesepakatan bersama.

Kadang berpuasa karena tidak ada beras

Ujian hidup hari demi hari dihadapi dengan sabar dan ikhlas. Yang namanya pusing mendapatkan beras untuk esok hari, bukan lagi cerita pepesan kosong. Hari demi hari selalu bertanya, apakah bisa mendapatkan beras 1 kg untuk makan esok hari. Namun Allah selalu memberikan jalan keluar.

Baca Juga:Keajaiban Kaus Kaki, Sopan Umroh bersama Ibu 9 Hari, Mirip Kisah Uwais Al QorniPerpustakaan UIN Gus Dur Jalin Kerjasama dengan Perpustakaan UMPP

Bahkan suatu ketika sama sekali tidak punya beras, mereka sekeluarga memutuskan untuk berpuasa sambil mencari beras untuk berbuka. Awalnya mereka berpuasa karena memang tidak ada yang dimakan. Tapi akhirnya diniatkan untuk berpuasa dengan niat karena Allah.

Momen saat kakak Muhammad Baidarus wisuda. (foto: dok pribadi)

Ujian lain datang ketika anaknya yang kedua Muhammad Baidarus diterima sekolah ikatan dinas di sekolah tinggi akuntasi negara (STAN). Ketika dinyatakan diterima pada jam 12.00 malam, Baidarus langsung memberi kabar kepada ibunya yang ada di rumah.

Padahal persaingannya sangat ketat. Yang mendaftar di sana 65.000 calon mahasiswa. Sementara yang diterima hanya 3.000 mahasiswa.

Karena sangat gembira dan senang, Baidarus sampai bersujud di kaki ibunya sambil berkata.

“Terimakasih ya bu, aku telah didoakan agar bisa kuliah sesuai dengan pilihanku. Aku diterima di STAN bu,” tuturnya lirih sambil memeluk kaki ibunya.

Sang ibu, Maskanah pun tak dapat menahan rasa haru dan gembira. Mereka menangis berdua disaksikan heningnya malam, tetesan air mata seolah tak pernah berhenti. Kadang muncul rasa sedih, rasa haru, rasa bahagia. Mereka hanya punya air mata dan doa yang menjadi sahabat tatkala suka dan duka.

Senang anak diterima di STAN, bingung biaya dari mana

Satu sisi senang dan bangga anaknya bisa diterima kuliah di sana. Tapi sisi lain, biaya living cost mulai dari kontrakan, makan, biaya harian sudah menunggu. Bambang sebagai ayah dihadapkan pada situasi yang membingungkan.

0 Komentar