JAKARTA, RADARPEKALONGAN.ID – Murid di Indonesia mengalami learning loss sejak lama. Apa yang harus kita lakukan?
Yayasan Guru Belajar, UNICEF, dan Direktorat PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemdikbudristek meluncurkan “Buku Panduan Praktik Pembelajaran Literasi Kelas Awal untuk Guru” pada Selasa (21/03/2023) secara daring.
Iwan Syahril, Dirjen PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbudristek, menjelaskan, buku ini bertujuan membekali guru agar dapat membantu murid pulih dari learning loss.
Baca Juga:Menginspirasi, Pemabuk Jadi Muazin, 2 Fase Perjalanan Spiritual Seorang Jazim, Mirip Kisah Nuaiman11 Tahun Amalkan Salat Hajat, Kedua Orangtua Ini Hantarkan Anaknya Wisuda STAN dan Bekerja di Kementerian
Siswa Indonesia alami learning loss sejak lama
Seperti diketahui, murid Indonesia mengalami learning loss sejak lama. Lalu diperparah oleh kondisi pandemi. Hal tersebut dapat dilihat dari rendahnya kemampuan literasi dan numerasi.
“Hasil asesmen Kemendikbudristek tahun 2021 yang diikuti oleh 6,5 juta peserta didik, satu dari dua peserta didik belum mencapai kemampuan minimum literasi, dua dari tiga peserta didik belum mencapai peserta kemampuan minimum numerasi,” ungkap Iwan.
Salah satu yang parah ada di provinsi Papua dan Papua Barat. Dimana terdapat penelitian UNICEF yang menemukan 30-70% siswa kelas 3 di kabupaten tertentu tidak bisa membaca.
Oleh karena itu, buku panduan ini secara khusus disusun untuk guru-guru di daerah luar dan terpencil. Serta dirancang agar dapat digunakan secara mandiri oleh guru. Termasuk mandiri menentukan strategi yang sesuai dengan kebutuhan murid.
“Dukungan serta gotong royong dari seluruh ekosistem akan mempercepat langkah-langkah pemulihan. Sekali lagi berterima kasih pada dukungan dan kerjasama dari UNICEF Indonesia, Yayasan Guru Belajar, guru-guru dan semua sekolah di provinsi Papua dan Papua Barat serta seluruh ekosistem masyarakat yang mendukung,” kata Iwan.
Bukik Setiawan, ketua Yayasan Guru Belajar, menyampaikan delapan ciri buku panduan yang diluncurkan sehingga menyebutnya sebagai terobosan dalam pendidikan tingkat global. (foto: ygb)
Hapus miskonsepsi literasi
Bukik Setiawan, ketua Yayasan Guru Belajar, berharap buku panduan ini sekaligus menghapus miskonsepsi literasi. Seperti murid hanya difokuskan menyelesaikan tugas membaca dan menulis. Namun tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya.
Baca Juga:Keajaiban Kaus Kaki, Sopan Umroh bersama Ibu 9 Hari, Mirip Kisah Uwais Al QorniPerpustakaan UIN Gus Dur Jalin Kerjasama dengan Perpustakaan UMPP
“Pembelajaran literasi seharusnya melampaui pembelajaran membaca dan menulis saja. Namun juga melibatkan pembelajaran berpikir kritis dan kreatif dalam mengolah informasi dan pengetahuan, serta mengembangkan kemampuan komunikasi yang efektif,” terang Bukik.