Kepala Desa Tenogo Agus Susilo, menyatakan, serangan hama babi hutan dan kera saat ini marak sekali. Menurutnya, serangan dua binatang liar itu kian parah.
Kades Tenogo Agus Susilo Tunjukkan Babi Hutan Tangkapan Warga (Hadi Waluyo)
“Babi hutan dan kera saat ini marak sekali. Serangan kian parah. Pohon pisang saja dirusak, bukan hanya padi, jagung, singkong, dan tanaman buah-buahan,” kata dia.
Baca Juga:3 Menu Buka Puasa yang Disunahkan Rasulullah, Bukan Hanya Bermanfaat untuk Kesehatan3 Pemuda Bobol Gudang Garmen Mantan Bos, Berdalih Terdesak Kebutuhan Hidup
Menurutnya, untuk mengantisipasi serangan hama tersebut petani memagari kebun/sawahnya dengan jaring, kawat, dan membuat parit di sekitar kebunnya. “Warga secara manual juga berburu dengan anjing,” terang dia.
Ia juga meminta agar pemerintah turun tangan untuk mengatasi serangan hama babi hutan dan kera tersebut. “Saya sudah ngadu ke DPRD dan pemda, namun hingga saat ini pemerintah daerah belum ada tindak lanjut untuk menekan serangan hama babi hutan dan kera,” ujar dia.
Dikatakan, serangan babi hutan dan kera hampir merata di wilayah pegunungan, seperti di Kecamatan Petungkriyono, Lebakbarang, Paninggaran, dan Kecamatan Kandangserang. Di Desa Tenogo sendiri, kata dia, ada area pertanian seluas 80 hektar yang berpotensi diserang hama babi hutan dan kera. Petani di desa itu sebagian besar membudidayakan padi, singkong, dan pisang.
Warga Pegunungan di Kabupaten Pekalongan Tengah Berburu Babi Hutan (Hadi Waluyo)
Menurutnya, hama babi hutan menyerang tanaman petani pada malam hari. Babi hutan ini turun dari dalam hutan secara bergerombol. “Dalam satu gerombolan biasanya terdiri atas empat hingga lima ekor babi,” terang dia.
Menurutnya, pada saat tanaman memasuki musim panen petani biasanya nginap di kebun untuk menjaga tanamannya. Pasalnya, jika tidak dijaga tanaman yang siap panen itu akan diserang babi dan kera. Disebutkan, babi hutan dan kera ini turun dari dalam hutan diperkirakan akibat sumber pangan di dalam hutan kian menipis, dan faktor cuaca.
“Lahan di Tenogo kan berada di sekitar kawasan hutan milik Perhutani. Sebagian besar tanaman di hutan berupa tanaman keras seperti pinus. Perhutani seharusnya ikut bertanggung jawab dengan melakukan pola tanam tumpangsari dengan tanaman buah-buahan atau tanaman lain yang bisa menjadi sumber bahan pangan binatang liar, sehingga binatang ini tidak turun ke area pertanian warga,” kata dia.