RADARPEKALONGAN.ID – Siapa yang sedang mencari bahagia di bulan Ramadan? Ya, bagi yang sekian purnama masih lontang lantung mencari kebahagiaan hati, menghayati kegalauan demi kegalauan di setiap senja, mungkin Ramadan adalah jawaban yang dicari. Loh, dari mana momen Ramadan bisa relate dengan perjuangan mencari bahagia? Nah, biar tak gagal paham, yuk simak ulasannya sampai tuntas ya.
Ya, dalam hidup, siapa yang tak mencari bahagia kan. Bukankah dalam setiap perjuangan, perjibakuan, pembantingtulangan manusia, hingga harapan dan doa yang dilangitkan, itu semua dalam upaya menjemput kebahagiaan untuk dirinya.
Sayangnya, mencari bahagia ternyata tidak semudah mencari uang. Banyak yang berkepayahan sekadar untuk mencari pekerjaan dan mendapatkan penghasilan, tetapi begitu pekerjaan dan penghasilan diperoleh, tidak serta merta juga menghadirkan kebahagiaan.
Baca Juga:Apa Pentingnya Puasa Bagi Manusia? 4 Contoh Kasus Ini Mungkin Bisa MenjawabnyaWow! Kendal Siap Bangun Fasilitas Daur Ulang Sampah Plastik Rp 700 M, Terbesar di Asia Tenggara
Ini mungkin terdengar klise, tetapi faktanya uang yang banyak, kekayaan yang melimpah juga tidak serta merta memberi garansi seseorang akan bahagia, meski tanpa uang juga banyak orang tak bahagia. Kedua, kalau kebahagiaan itu karena kedudukan, prestis, dan popularitas, nyatanya tidak sedikit juga public figure yang hidup tertekan dan jauh dari bahagia kan?
Kurang kaya dan kurang populer apa King of Pop, mendiang Michael Jackson? Tetapi bahkan sekadar untuk keluar ke tempat-tempat yang ramai saja konon ia harus menyamar dan mengenakan topeng, ia paranoid.
Kurang sukses apa komedian Robin Williams, pernah dijuluki sebagai laki-laki paling lucu di dunia enterain Amerika. Tetapi 11 Agustus 2014 silam, ia ditemukan tewas bunuh diri, konon karena depresi atas penyakitnya.
Atau mundur lagi ke era 1990 an awal, saat Kurt Cobain, ikon dan vokalis band grung paling fenomenal di dunia, Nirvana, juga ditemukan bunuh diri dengan menembakkan pistol ke kepalanya. Ia ditemukan tewas pada 8 April tahun 1994 dengan kepala bersimbah darah. Konon juga karena depresi atas sakit serta kecanduannya yang akut atas narkotika.
Padahal, tahun-tahun itu bisa dibilang sebagai puncak popularitas Nirvana, di mana genre musiknya dianggap sebagai pembawa new wave, dan mempengaruhi banyak musisi di berbagai belahan dunia. Poster Nirvana dan terutama Kurt Cobain pun banyak menghiasi kamar anak-anak band sampai tahun 2000 an, termasuk di Indonesia. Tetapi begitulah faktanya, di puncak kejayaan Nirvana, sang vokalis justru memilih mengakhiri hidupnya. Lantas di mana kebahagiaan itu?