Keinginannyi menegakkan sesuatu ternyata seperti menegakkan benang basah.
Hanya pejuang sejati yang tidak frustrasi dengan kenyataan seperti itu. Harapan saya Sri Mulyani adalah pejuang sejati: pilih menyelesaikan persoalan yang begitu besar, begitu penting dan begitu sensitif. Jangan pernah punya pikiran mundur lagi, pun dengan alasan diperlukan di lembaga keuangan dunia.
Maka saya ucapkan selamat berjuang sebagai pejuang.
Pasti saya membayangkan betapa frustrasi Sri Mulyani.
Ke pihak luar dia menghadapi opini publik yang begitu kejam. Tanpa ada peluang lagi baginyi untuk mengelak, membantah, atau meluruskan.
Ke dalam dia harus menghadapi anak buah dengan perasaan jengkel yang memuncak.
Baca Juga:Galian C Ilegal Kembali Marak m di Batang, Penambangan Dilakukan Terang-teranganCara Mudah Dapatkan Saldo DANA Hanya dengan Ngabuburit Sambil Baca Novel, Begini Caranya
Tapi semua sisa pekerjaan itu harus diselesaikan oleh birokrasinya sendiri. Apakah Sri Mulyani masih bisa mengandalkan mereka? Untuk, misalnya, tidak dibelok-belokkan lagi?
Kalau Sri Mulyani tidak percaya pada anak buahnyi, lantas siapa yang harus menanganinya.
Potong satu eselon? Sapu bersih begitu banyak orang? Atau serahkan ke lembaga swasta seperti Ernst & Young? Seperti dulu bea cukai diserahkan ke perusahaan Prancis?
Forum Komisi III DPR dengan menko Polhukam Rabu lalu benar-benar telah membuat posisi Sri Mulyani begitu sulit. Khususnya sebagai menteri. Bukan sebagai pribadi.
Misalnya bagaimana dengan pedenyi Sri Mulyani bilang di depan DPR bahwa transaksi mencurigakan yang menyangkut orang kemenkeu hanya Rp 3,5 triliun. Sedang Menko Mahfud dengan gamblang menyebut angka itu Rp 35 triliun. Lengkap dengan buktinya.
Pun dengan ketegasan khasnyi, Sri Mulyani merasa tidak pernah menerima surat dari PPATK. Sementara besoknya menko menyebut surat itu ada tanda terimanya.
Saya memperkirakan Sri Mulyani akan sangat sulit berkilah lagi. Maka pilihan terbaik adalah menyelesaikannya dengan segera. Toh masih ada waktu satu tahun baginyi.
Baca Juga:Musailamah Al MakinKebijakan Surat
Yang juga telak adalah soal ketegasan Sri Mulyani yang mengatakan sudah menindak pelaku pencucian uang dimaksud. Sedang harusnya itu belum cukup. Tidak boleh hanya pelakunya yang ditindak. Menurut Menko Mahfud, seluruh jaringannya harus diungkap. Seperti kata menko, tindak pencucian yang itu pasti berjaringan. Bisa sampai istri, anak, sopir dan teman-temannya.