Mendengar jawaban dari Masyithah seperti itu, Hamman memutuskan tidak akan menyurutkan langkahnya untuk menghukum Masyithah dan keluarganya.
Bayi Masyithah yang masih merah bisa bicara
Awalnya suami Masyithah yang menceburkan diri ke dalam air mendidih tersebut. Terlihat onggokan daging tak bernyawa. Satu orang meninggal karena mempertahankan keimannya.
Giliran 3 anak-anaknya Masyithah yang sudah besar satu per satu masuk ke dalam air yang mendidih. Semua itu dilakukan di hadapan mata Masyithah.
Baca Juga:Tiga Ruas Tol Baru di Jawa Barat Siap Dilalui Pemudik, Disiagakan 4.500 Personel GabunganJalan Rusak Pemudik Lebaran 2023 Diminta Waspada
Tinggallah dia dengan bayinya yang masih merah. Dia menggendong dan memeluk bayinya erat-erat. Imannya masih tegar. Hamman menyeret Masyithah dan bayinya menuju tungku besar yang mendidih tersebut.
Tiba-tiba Masyithah menghentikan langkahnya sambil menatap dalam-dalam wajah bayinya yang masih merah. Ia belum menikmati indahnya dunia ini tapi harus menghadapi maut karena mempertahankan iman.
Hamman berpikir Masyithah akan berubah pikiran dan akan mencabut kata-katanya. Tapi di luar dugaan, ketika Masyithah terlihat ragu, bayinya berkata.
“Wahai ibuku sayang, janganlah engkau merasa takut dengan siksaan Firaun, surga sudah menanti kita.”
Mendengar ucapan bayinya yang tidak masuk akal karena memang belum bisa bicara tapi mampu mengatakannya, akhirnya Masyithah masuk ke dalam air yang mendidih sambil memeluk bayinya.
Kisah Masyithah ini patut menjadi tauladan bagi kita semua bahwa iman adalah segalanya. Dunia akan fana, keyakinan tidak akan fana, kekal ada di dalam hati. (sep)