Terutama di depan umum, di mana ada kerentanan terhadap penilaian orang lain, pasangan mungkin menjadi sangat sadar akan perilakumu dan perilaku mereka sendiri. Seorang perfeksionis dalam hubungan secara cepat menunjukkan kesalahan atau mengomentari bagaimana kamu harus bersikap bisa menjadi tanda ketakutan mereka akan kerentanan muncul. Ini dapat muncul sebagai agitasi, frustrasi, kemarahan, dan bahkan tuntutan.
Takut akan Keintiman
Ketika seseorang mengkritik diri sendiri, seperti yang sering dilakukan oleh seorang perfeksionis, mereka menjadi kurang sadar akan kebutuhan dan dunia emosional batin mereka. Fokus mereka dapat menjadi kaku pada penghindaran rasa sakit sampai-sampai seorang perfeksionis kehilangan rasa tentang apa yang sebenarnya menciptakan dan mempertahankan hubungan emosional.
Hal ini dapat membuat pasangan merasa kesepian dalam hubungan dengan rasa misteri terhadap dunia batin dan pengalaman emosional pasangannya. Ketika seorang perfeksionis dalam hubungan kehilangan kontak dengan pengalaman emosional mereka, dapat dipahami bahwa akan sulit, jika bukan tidak mungkin, bagi mereka untuk memiliki bahasa untuk berbagi pengalaman emosional mereka dengan pasangannya.
Baca Juga:10 Tanda Perfeksionisme, Apakah Kamu Termasuk di Dalamnya?Perbaiki Masalah Komunikasi yang Bisa Berdampak Fatal dengan 6 Tips Ini
Perfeksionis dalam hubungan mencoba menghindari perasaan rentan dengan mengendalikan perilaku dan kinerja mereka. Menjadi dekat dengan seseorang, secara emosional atau fisik, dapat menghadirkan ancaman yang signifikan terhadap keamanan emosional mereka. Bagi mereka, gagasan membiarkan seseorang dekat bisa terasa hampir tak tertahankan, bahkan ketika mereka sangat mencintai pasangannya.
Narasi yang sering mereka jalani adalah bahwa mereka layak mendapatkan cinta ketika mereka tampil dengan baik, bahwa cinta itu diperoleh atau dimenangkan. Hal ini dapat mempersulit seseorang untuk mengalami keintiman dengan pasangannya yang perfeksionis.
Reaktivitas
Perfeksionis dalam hubungan sangat kritis terhadap diri mereka sendiri sehingga umpan balik apa pun, terutama mengenai kesalahan atau koreksi dalam kinerja mereka dengan tugas atau keterampilan, dapat dirasakan secara mendalam sebagai penolakan. Memahami bahwa seorang perfeksionis sering beroperasi dari narasi bahwa mereka layak mendapatkan cinta dan koneksi hanya ketika mereka berperilaku atau tampil sempurna, dapat dimengerti bahwa berbagi umpan balik dengan pasangan perfeksionis dapat mengakibatkan sikap defensif dan reaktivitas.