Pernyataan tersebut disandarkan pada sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang diceritakan oleh Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu.
مَنْ شَهِدَ الْعِشَاءَ فِى جَمَاعَةٍ كَانَ لَهُ قِيَامُ نِصْفِ لَيْلَةٍ وَمَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ وَالْفَجْرَ فِى جَمَاعَةٍ كَانَ لَهُ كَقِيَامِ لَيْلَةٍ
“Siapa yang menghadiri salat Isya berjamaah, maka baginya pahala salat separuh malam. Siapa yang melaksanakan salat Isya dan Subuh berjamaah, maka baginya pahala salat semalam penuh.” (HR Muslim dan Tirmidzi)
Shalat Malam
Bangun di malam lailatul qadar atau qillyamul lail dan menunaikan shalat malam merupakan amalan malam lailatul qadar.
Baca Juga:3 Jalan yang Baik untuk Merayakan Kesuksesan, Kamu Berhak Mendapatkan PerayaanMenjalani Hubungan dengan Pasangan yang Perfeksionis, Sajikan 5 Tips Untukmu
Hal ini didasarkan pada hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“B
arangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari, no. 1901)
Ibnu Hajar Al-‘Asqalani rahimahullah mengatakan bahwa yang dimaksud ‘iimaanan’ (karena iman) adalah membenarkan janji Allah yaitu pahala yang diberikan (bagi orang yang menghidupkan malam tersebut). Sedangkan ‘ihtisaaban’ bermakna mengharap pahala (dari sisi Allah), bukan karena mengharap lainnya yaitu contohnya berbuat riya’.
Amalan malam lailatul qadar yang dijalankan seharusnya didasarkan pada keimanan kepada Allah SWT dan bukan atas niat duniawi lainnya.
Hadits lain juga menyinggung terkait kebiasaan Rasulullah shalllahu ‘alaihi wasallam ketika tiba malam-malam terakhir bulan Ramadan.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam biasa ketika memasuki sepuluh Ramadan terakhir, beliau kencangkan ikat pinggang (bersungguh-sungguh dalam ibadah), menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah.” (HR Bukhari dan Muslim)
I’tikaf
Amalan malam lailatul qadar lain adalah I’tikaf atau berdiam diri di masjid dengan niat untuk beribadah kepada Allah. Berdiam diri merujuk pada tidak keluar dari masjid karena disibukkan dengan amalan kepada Allah SWT.
Baca Juga:Bagaimana Seorang Perfeksionis dalam Hubungan? 7 Gambaran yang Menjadi Cirinya10 Tanda Perfeksionisme, Apakah Kamu Termasuk di Dalamnya?
Dasar dari amalan malam lailatul qadar ini adalah hadits yang diriwayatkan oleg Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan I’tikaf ketika 10 malam terakhir bulan Ramadan.
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ اْلعَشَرَ اْلأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ. [رواه مسلم]
“Nabi SAW melakukan itikaf pada hari kesepuluh terakhir dari bulan Ramadan, (beliau melakukannya) sejak datang di Madinah sampai beliau wafat, kemudian istri-istri beliau melakukan itikaf setelah beliau wafat.” (HR Muslim)