“Semua acara ini diurus oleh mahasiswa Indonesia yang ada di Beijing. Termasuk makanan ini. Kami hanya menyediakan tempat,” ujar Dino.
Makanya saya lihat banyak mahasiswa di acara ini. Ada empat orang dari Tsinghua University. Ada lima orang dari Beihang –universitas terkemuka untuk ilmu penerbangan. Dan saya diminta mengisi acara dialog di situ.
Acara buka bersama berlangsung tiap hari di Kedubes kita di Beijing. Para mahasiswa itu juga sudah menyiapkan acara untuk Lebaran nanti.
Baca Juga:Safari AladinLibur Lebaran, Perumda Air Minum Tutup Sementara Layanan CS dan Loket Pembayaran
Saya pernah berlebaran di Kedubes ini. Dulu. Pesta ketupat. Tentu kali ini akan meriah. Sudah tiga tahun tidak Lebaran akibat Covid.
Sambil berbuka saya perhatikan Bu Dubes. Saya heran. Kok pembawaan Bu Djauhari ini halus sekali dan sangat rendah hati. Bukankah dia orang Indonesia yang sudah lama jadi orang internasional?
Ternyata Bu Djauhari orang Kebumen. Di pegunungannya pula. Suaminyi-lah yang kelahiran kepulauan Tanimbar, nun jauh di Maluku sangat selatan. Di kota Saumlaki. Sudah lebih dekat ke Darwin daripada ke Ambon sekali pun. Tentu saya tahu seperti apa Saumlaki. Pernah ke sana. Urusan listrik yang dulu gawat di sana.
Saat Pak Djauhari kuliah di UGM, Bu Djauhari kuliah di IKIP Yogyakarta. Maka gadis di gunung dan perjaka di laut bertemu di Yogyakarta.
Sudah lima tahun Djauhari Oratmangun menjadi dubes di Beijing. Hubungan yang begitu baik Indonesia-Tiongkok sekarang ini tentu salah satu hasil kerjanya. (Dahlan Iskan)