Tradisi dan Budaya Pekalongan Terkenal Islami

Tradisi dan Budaya Pekalongan
Diantara tradisi dan budaya Pekalongan ialah halal bihalal antar sesama tetangga. (Radarpekalongan.id/kominfo)
0 Komentar

PEKALONGAN, RADARPEKALONGAN.ID – Menjadi salah satu wilayah, yang pertama kali dimasuki ajaran Islam, membuat tradisi dan budaya Pekalongan dikenal Islami, hingga dipertahankan sampai sekarang.

Zaenal Muhibbin, budayawan Pekalongan menyampaikan, budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terdiri dari banyak unsur, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, alat, pakaian, bangunan, serta karya seni.

“Indonesia adalah negara yang kaya akan tradisi dan budaya yang beragam dan bervariasi di tiap daerah. Keragaman budaya salah satunya adalah budaya makanan, setiap Kota dalam suatu provinsi saja bisa memiliki budaya makanan yang berbeda-beda,” terangnya.

Baca Juga:Masuki H+2 Lebaran Idul Fitri 1444 H, Pastinya Pusat Belanja Batik IBC Wiradesa Mulai Dipadati PembeliDalam Halal Bihalal Habib Luthfi Tahun 2023, Abah Sampaikan Puasa itu Menyehatkan

Contohnya adalah masyarakat Jawa Tengah yang memiliki berbagai makanan tradisional yang berbeda di setiap Kota. Bagi masyarakat Jawa, banyak sekali tradisi yang dapat mengandung arti sebagai perdamaian, keselamatan, bentuk syukur dan kerukunan. Bahkan tradisi tersebut tidak ditinggalkan oleh masyarakat yang sudah bergaya hidup modern. Salah satunya adalah tradisi Syawalan yang dirayakan dengan berbagai cara yang unik.

Walikota HA Afzan Arslan Djunaid SE sedang memotong lopis raksasa pada perayaan Syawalan tahun lalu.(Radarpekalongan.id/kominfo)

“Salah satunya adalah syawalan di Pekalongan yang dikenal tradisi dan budaya Pekalongan. Tradisi tersebut dirayakan seminggu setelah idul fitri dimana masyarakat telah selesai melaksanakan puasa sunnah selama seminggu penuh diawal bulan syawal,” ucapnya.

Menurut tokoh agama Krapyak, Habib Hasyim Basyaeban, syawalan dipelopori oleh salah satu ulama besar Pekalongan yakni KH Abdullah Sirodj, yang menjadi panutan bagi semua masyarakat pekalongan di era kolonial belanda.

Setelah selesai menjalankan puasa sunah di bulan syawal, semua masyarakat melakukan syukuran atau perayaan dengan tujuan untuk menambah dan memperat tali silaturahmi antar sesama warga.

Karena tradisi dan budaya Pekalongan berupa tasyakuran dilaksanakan dibulan syawal, maka disebut dengan istilah syawalan. Salah satu makanan yang disajikan saat syawalan adalah, lopis. Lopis dibuat dengan ukuran yang besar, agar dapat dibagikan kepada seluruh sanak saudara, maupun masyarakat yang hadir.

0 Komentar