BATANG, RADAR PEKALONGAN. ID – Seperti tahun sebelumnya, Grebek Syawal Desa Ponowareng kembali digelar pada momen Syawalan atau H+7 Lebaran, Sabtu (29/12/2023). Pada perayaan tahun ini ada lima gunungan, terdiri dari ketupat dam lontong raksasa, gunungan ketupat dan lontong ukuran normal, serta gunungan palawija dan hasil pertanian warga.
Kemudian juga ada ketupat dan lontong raksasa. Dimana untuk ketupat berdiameter 1 meter dan untuk lontong raksasa dengan panjang 1 meter.
Sebelum digrebek oleh warga, Gunungan ini diarak keliling Desa Ponowareng. Karena antusias yang meningkat dari tahun ke tahun, arak-arakan pun akan melewati desa-desa tetangga.
Baca Juga:Bulan Syawal 2023 Masih Jadi Favorit untuk Melepas Masa Lajang di Batang8.200 Lebih Wisatawan Sudah Kunjungi Wisata Pantai Sigandu Selama Lebaran
“Alhamdulillah masyarakat sini antusias dan juga ada permintaan dari warga desa tetangga, agar arak-arakan melintasi desa mereka. Sehingga rute untuk tahun ini diperluas,” ujar panitia Grebek Syawal Desa Ponowareng, Sudarto saat diwawancarai di sela kegiatan.
Sudarto menerangkan, jika tradisi ini sudah ada sejak 2015. Meski sempat vakum lantaran covid-19, kegiatan yang diinisiasi Jamaah Mushola Nurul Huda RT 4 dan 5 Desa Ponowareng ini jadi tradisi silaturahmi warga. Grebek ini juga jadi rangkaian kegiatan Halal Bi Halal dan sarana silaturahmi saling memaafkan antar warga.
“Selain itu juga sebagai wujud syukur atas hasil panen warga. Dan jadi sarana berkumpul dan halal Bi halal warga. Untuk gunungannya sendiri disiapkan mulai dari empat hari yang lalu,”imbuhnya.
Setelah diarak keliling desa, gunungan ini nantinya akan didoakan terlebih dulu. Dan setelah itu masyarakat dipersilahkan untuk menggrebek gunungan.
Nguri-nguri Tradisi Grebek Syawal Desa Ponowareng
Kepala Desa Ponowareng, Widodo mengapresiasi semangat warganya yang menguri-nguri tradisi ini. Meski tradisi ini baru, namun pihak desa sangat mendukung. Karena tradisi Grebek Syawal Desa Ponowareng ini bisa menjadikan sarana halal bi halal yang unik bagi warga.
“Tradisi ini memang terhitung baru. Meski begitu warga khususnya jamaah mushola Nurul Huda semangat untuk nguri-nguri. Sembari jadi sarana silaturahmi dan raya syukur atas hasil panen warga, ” ujar Widodo. (Nov)