Dimana tentara Belanda sampai menyebut perang melawan pribumi Batang dijuluki sebagai “Great War”. Sebab perang berlangsung selama 5 tahun tanpa henti.Ternyata di balik itu semua ada peran Mbah Kiai Surgi Pasekaran Batang yang membantu panglima perang Pangeran Diponegoro.
Memantau Santri dan Menenangkan Diri
Setelah membuat Belanda over thingking berbulan-bulan, akhirnya perlawanan yang dibangun melalui Telik Sandi Mbah Kiai Hasan Surgi Jatikusumo kehilangan arah.
Tepatnya pada 28 Maret 1830, ketika Letnan Hendrik Merkus de Kock mengundang Pangeran Diponegoro ke wisma Karesidenan Magelang untuk tanda tangan perjanjian damai dan mengakhiri peperangan. Namun Pangeran Diponegoro malah diculik dan diasingkan ke luar Pulau Jawa.
Baca Juga:Rahasia Mengerjakan Skripsi Cepat Kelar dalam Waktu 1 SemesterInilah 8 Tips Agar Cepat Dapat Jodoh, Simak Selangkapnya!
Kejadian itu membuat Mbah Kiai Hasan Surgi Jatikusumo syok. Setelah itu Mbah Kiai Surgi lebih banyak berkhalwat untuk menenangkan diri atas apa yang terjadi.
Kegiatannya hingga beliau wafat, lebih banyak dihabiskan untuk mengajar santri-santrinya belajar agama Islam. Kelak kisah hidup Mbah Kiai Surgi Pasekaran Batang ini menarik perhatianku tokoh Kharismatik Kota Pekalongan.
Peringatan Haul 7 Sya’ban dan Kirab Merah Putih
Kini makam Mbah Kiai Surgi Pasekaran Batang ini diperingati setiap 7 Sya’ban. Setiap peringatan itu dilakukan pembukaan pintu makam di Kedungdowo, Desa Pasekaran, Kabupaten Batang, Sabtu (25/2/2023).
Sebenarnya Mbah Kiai Surgi memiliki nama asli yaitu Muhammad Hasan bin Hasim bin Yahya yang berasal dari Mataram. Itulah keistimewaan Mbah Kiai Surgi Pasekaran Batang yang hingga kini masih sering diziarahi.
Pintu makam Mbah Kiai Surgi Pasekaran Batang (Ibad, Saiful Ibad)
Bahkan tokoh Kharismatik Kota Pekalongan Habib Luthfi bin Ali bin Yahya tertarik untuk memperingati haul Mbah Hasan Surgi Jatikusumo. Tentu saja dengan perayaan yang meriah untuk mengenalkan patriotisme Mbah Kiai Surgi Pasekaran Batang.
Sikap kesatria dan pantang menyerah ketika melawan penjajahan Belanda. Habib Luthfi bin Ali bin Yahya ingin menginspirasi anak-anak muda untuk mengenal kembali tokoh-tokoh yang berperan besar di masa lampau.
Seorang kuncen (Juru Kunci Makam) menuturkan bahwa dulu makam Mbah Kiai Hasan Surgi Jatikusumo hanya diperingati setiap hari Jumat Kliwon bulan Rajab.