RADARPEKALONGAN.ID – Fast fashion akhir-akhir ini menjadi topik pembicaraan yang panas di dunia fashion. Namun banyak pula orang yang masih awam dan belum mengenal fast fashion.
Fast fashion sering dikaitkan dengan limbah fashion yang merugikan lingkungan, sehingga istilah ini kerap diidentikkan dengan hal yang negatif.
Sebenarnya, fast fashion merupakan model bisnis industri pakaian yang mereplikasi tren catwalk terbaru dengan desain mode tinggi, diproduksi secara massal dengan biaya yang rendah, dan dibawa ke toko ritel dengan cepat saat permintaan pasar sedang tinggi.
Baca Juga:Berbagai Dampak Bahaya Nikotin bagi TubuhTak Melulu Negatif, Ini Beberapa Manfaat Nikotin bagi Tubuh
Mengenal fast fashion
Untuk mengenal fast fashion, perlu dipahami dulu tentang istilah dari kata tersebut. Menurut zerowaste, fast fashion adalah istilah yang digunakan oleh industri tekstil untuk menggambarkan model fashion yang sering berganti dalam waktu singkat, dengan menggunakan bahan baku rendah atau buruk sehingga pakaian yang dihasilkan tidak tahan lama.
Misalnya, pada musim panas, industri fast fashion akan memproduksi pakaian musim panas, dan dalam waktu singkat, mereka akan mulai memproduksi pakaian musim dingin ketika musim dingin tiba. Bahkan kebanyakan industri fast fashion memproduksi lebih dari 42 model fashion dalam waktu sekitar satu tahun.
Sayangnya, industri fast fashion sering kali tidak memperhatikan dampak buruknya terhadap lingkungan dan mengabaikan keselamatan para pekerja di sektor ini.
Industri fast fashion kebanyakan terletak di Asia dan negara berkembang seperti Bangladesh, India, dan Indonesia.
Mereka mempekerjakan tenaga kerja yang berpendidikan rendah, muda, dan imigran atau bukan penduduk asli, dengan sistem kerja selama 14 jam sehari, dibayar dengan upah yang sangat rendah, tidak mendapat jaminan asuransi jiwa atau jaminan keselamatan kerja, dan harus bekerja dalam kondisi yang berbahaya untuk memproduksi produk-produk fast fashion.
Sejarah fast fashion
Sejarah fast fashion dimulai ketika sebelum memasuki zaman revolusi industri, yang mana saat itu fashion merupakan sebuah produk yang cenderung memiliki nilai jual yang mahal karena dijahit dengan tangan dan sangat detail.
Adapun efek yang ditimbulkan adalah fashion hanya dapat dibeli oleh kalangan tertentu saja. Kemudian pada tahun 1980 muncullah sebuah zaman revolusi industri dimana munculnya berbagai teknologi, salah satunya yakni teknologi pada mesin jahit untuk dapat memproduksi berbagai produk dari fast fashion.