Tandu Huang

Tandu Huang
Dahlan Iskan -Foto.Dok/Ilustrasi: Syaiful Amri-disway.id
0 Komentar

Puncak gunung Huangshan tidak terlalu tinggi, setidaknya bagi pendaki seperti Rocky Gerung. Hanya 1.800 meter. Tapi Huangshan terjal sejak dari bawah. Kini memang sudah ada cable car untuk melewati terjal yang terbawah. Itu saja 20 menit sendiri. Mungkin saya tidak mampu sampai puncak kalau tidak dibantu itu. Deng Xiaoping dulu mendaki sejak bawah. Demikian juga teman-teman seperjalanan saya kali ini: dua perempuan satu laki-laki. Semuanya kuat mendaki.

Masih muda.

Tapi cable car itu menipu saya. Saya pikir sebagian besar pekerjaan sudah diselesaikan cable car. Tinggal sisanya. Apalagi sekeluar dari cable car jalan agak mendatar. Ternyata mendatarnya hanya sekadar. Setelah itu menanjak. Menurun sedikit menanjak lagi. Memutar sedikit menanjak lagi. Menikung sedikit menanjak banyak. Tidak habis-habisnya.

Beberapa tandu lewat. Tandu itu minta jalan melewati saya. Banyak yang ditandu itu masih terlihat lebih muda. Saya pun heran: justru tidak melihat ada wanita di atas tandu.

Baca Juga:Kucing JembatanDapat Tambahan 43 Tenaga Kesehatan, Pj Bupati : Kita Masih Butuh 1.500 Tenaga Kesehatan Lagi!

Untuk naik tandu itu tidak harus dari terminal cable car menuju puncak. Bisa hanya untuk satu dakian panjang. Bisa juga dua dakian. Tiga dakian. Empat. Lima. Masih banyak lagi.

Yang jelas tidak ada tandu untuk dakian yang paling atas. Yang nyaris tegak lurus tadi. Yang saya sempat ragu-ragu terus mendaki atau tidak. Kalau ada orang memaksa ditandu di situ ia akan tumpah dari tandu.

Pelan tapi pasti. Saya pun sampai puncak. Setengah jam sendiri dari tangga pertama ke puncak. Betapa lambatnya. Benar-benar harus sabar. Teguh. Jangan mikir waktu. Jangan melihat ke bawah. Melirik pun tidak berani.

Sebenarnya tidak harus semua orang sampai ke puncak itu. Bisa ke puncak yang lain. Tapi saya ingin ke yang tersulit itu. Disebut puncak Teratai. Lotus Peak. 莲花峰.

Sampai di puncak Huangshan itu saya ragu: apakah saya ini sedang di langit atau sedang di laut. Di atas kepala saya serasa langit tinggal satu telunjuk lagi. Sedang di bawah saya seperti hamparan air. Dan memang itu air sungguhan. Dalam wujudnya yang lain: kabut.

0 Komentar