Tidak berlebihnya materi membuat guru memiliki lebih banyak waktu untuk mengeksplorasi strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan murid. Guru yang demikian disebut oleh Bukik sebagai “guru yang mengajar murid”. Maksudnya, mengajar dengan orientasinya adalah murid.
“Penguasaan materi yang begitu banyak membuat kita harus mengkompensasi yang lain, yang lebih penting, yaitu life skill. Keterampilan presentasi, keterampilan negosiasi, keterampilan memberikan pendapat,” jelas Bukik.
Bukik menganalogikannya dengan belajar memasak. Saat murid harus belajar 100 resep masakan, maka mereka hanya akan fokus menghafal semuanya. Namun, jika hanya belajar lima resep, maka murid memiliki banyak waktu untuk mengeksplorasi.
Baca Juga:Pilkades Serentak di Kabupaten Tegal Digelar Oktober 2023, 5 Desa Alami Kendala3 Keuntungan Bulan Mei Beli Honda, Buruan Mumpung Lagi Promo Besar-besaran
Murid memiliki kesempatan untuk mempraktikkannya, menanyakan pendapatnya ke orang sekitar, menelusuri alasan penggunaan bahan yang digunakan, dan lain sebagainya. Mereka akan mendapatkan kompetensinya, tidak hanya hafal resep masakan.
Bukik berharap, penerapan Kurikulum Merdeka Belajar yang sudah memasuki tahun ketiga akan semakin baik. Segala capaian dalam bentuk praktik baik perlu terus dipublikasikan dan diperbincangkan.
“Salah satu tolok ukur keberhasilannya adalah ketika pertanyaan orang tua berubah, dari ‘kamu dapat nilai berapa?’ jadi ‘kamu sudah bikin apa?’ Murid bisa berkontribusi, bisa banyak berbuat untuk masyarakat dan Indonesia,” pungkas Bukik.
Yang perlu dicatat sekali lagi adalah, orang tua jangan tanya lagi nilai pada anak. Kalau nilai anak bagus bisa jadi anak menjadi percaya diri. Bagaimana kalau sebaliknya?
Sudah tentu ini akan menjadi beban mental bagi anak. Bisa jadi kalau nilainya kurang baik akan minder dan merasa tidak berharga. Hal ini yang harus dijaga. Rasa percaya diri anak jauh lebih penting untuk menghantarkan keberhasilan anak di masa depan.
Angka-angka itu sesuatu yang bisu dan tidak akan membawa keberhasilan. Semoga orang tua jangan tanya lagi tanya nilai pada anak. (sep)