Design Thinking menjadi penting bagi guru agar proses pembelajaran lebih bermakna
RADARPEKALONGAN.ID – Media pembelajaran tidak harus canggih, yang terpenting sesuai dengan kebutuhan murid. Rizqy Rahmat Hani, ketua Kampus Pemimpin Merdeka, menjelaskan bagaimana proses design thinking dapat membantu guru membuat media pembelajaran yang bermakna.
Rizqy Rahmat Hani saat menjelaskan proses design thinking pada peserta pelatihan. (foto kiriman yayasan guru belajar)
Baca Juga:348 Bengkel Resmi Ahass Honda Siap untuk Menservis agar Motor Anda Kembali GrengAda Nuansa Ke-Bhinneka-an di SMP Muhammadiyah Pekajangan Tanggal 2 Mei 2023
5 Tahapan Design Thinking sesuai kebutuhan murid
Terdapat lima tahapan yakni empati, definisikan, ide, purwarupa atau prototipe, dan uji coba. Proses ini membantu guru memastikan bahwa media pembelajaran yang dibuat sesuai dengan kebutuhan calon penggunanya yakni murid.
Pada tahap empati guru setidaknya harus memikirkan dua hal dari sisi murid, yaitu minat dan lingkungan. Sebagai contoh, murid tinggal di daerah pegunungan sehingga orang tuanya mayoritas berprofesi sebagai petani apel. Guru dapat mempertimbangkan media pembelajaran terkait buah apel tersebut.
“Tahap empati sangat penting karena kita akan memetakan mana yang sesuai dengan kebutuhan dan minat murid dan mana yang tidak. Misalnya, kita maunya canggih, media pembelajaran yang hanya bisa diakses menggunakan HP. Tapi murid pada nggak punya HP, yang punya orang tuanya. Ini tidak sesuai,” terang Rizqy.
Tahap selanjutnya yakni definisikan. Pada tahap ini, guru bisa mulai memetakan materi mana yang butuh media pembelajaran. Tentukan mana yang memang sulit sehingga membutuhkan media pembelajaran.
Menurut Rizqy, jika murid tidak kesulitan memahami suatu materi maka tidak perlu membuat media pembelajarannya. Untuk pemetaannya bisa menggunakan hasil angket atau wawancara.
Misalnya dalam satu semester, kesulitan murid hanya pada materi peluang. Maka guru hanya perlu membuat media pembelajaran untuk materi tersebut.
Tahap ketiga, saatnya menuliskan ide sebanyak-banyaknya. Setelah mendapat banyak ide, analisis ide tersebut. Kemudian eliminasi ide yang paling butuh banyak biaya dan tenaga namun dampaknya kecil.
Baca Juga:Wahai Orang Tua, Ingat 2 Hal, Jangan Tanya lagi Nilai pada Anak, Jangan Paksa Latihan SoalPilkades Serentak di Kabupaten Tegal Digelar Oktober 2023, 5 Desa Alami Kendala
“Misalnya, setelah tahu murid sukanya yang serba bergambar dan hidup di daerah yang banyak kesemek. Mau bikin buku cerita tentang itu. Kalau buku bergambar, muridnya ada 40, wah banyak ya biayanya. Bisa dipertimbangkan hitam putih saja. Terlebih gambar hitam putih bisa membuat anak SD lebih mengeksplorasi imajinasinya,” kata Rizqy.