Gubernur Lampung sendiri, Arinal Djunaidi, terlihat mendampingi Presiden Jokowi saat meninjau jalan rusak yang top itu. Ia berada di belakang presiden. Di sebelah menteri PU yang hebat itu, Basuki Hadimuljono. Ekspresi wajah gubernur biasa saja.
Yang lebih sering tampak di samping Presiden Jokowi, dan banyak senyum, adalah Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan.
Tentu yang ditinjau itu bukan jalan milik BUMN. Juga bukan jalan yang akan diperdagangkan. Bahwa dua menteri itu di sebelah presiden rasanya karena dua-duanya putra terbaik Lampung.
Baca Juga:Sakura HaitangKasus Kekerasan Seksual Anak di Batang Menjadi Perhatian Mensos Risma
Bupati Lampung Tengah Musa Ahmad justru tidak kelihatan di sekitar presiden. Tapi itu justru membuatnya selamat. Tidak ada sorotan ke sang bupati. Sorotan justru ke gubernur Lampung. Itu karena banyak yang mengira pengaduan pengacara tersebut atas suruhan gubernur.
Sebenarnya bupati Lampung Tengah sendiri ingin sekali menyambut kedatangan presiden. Ia sudah siap berada di kecamatan Rumbai. Bersama semua pejabat daerah dan masyarakat. Mereka berkumpul di titik yang direncanakan. Di Rumbai itulah, menurut rencana, Presiden Jokowi akan mendarat pakai helikopter.
Ternyata presiden hanya naik mobil. Lewat jalan tol Lampung – Palembang. Rombongan presiden keluar dari tol di exit Kota Baru. Lalu menuju arah Lampung Tengah. Tapi rombongan itu ternyata menuju Siputih Banyak, dekat Siputih Raman. Bupati tidak mungkin lagi sempat mengejar presiden ke Siputih Raman.
Saya bisa membayangkan betapa rakyat sangat puas dengan sikap presiden Jokowi. Emosi rakyat seperti terwakili habis oleh presiden. Terhadap caranya ke Lampung. Terhadap caranya naik Mercy, lalu naik mobil yang lebih cocok dengan jalan rusak. Juga lewat caranya berkomentar: saking mulusnya jalan di Lampung, presiden bisa tidur nyenyak di dalam mobil.
Bisul Lampung telah meledak. Gunung telah meletus. Semua lahar panas telah termuntahkan dengan tuntas. Rakyat gembira. Puas. Pun seandainya jalan rusak itu agak lama diperbaikinya. (Dahlan Iskan)