RADARPEKALONGAN.ID – Jenis gangguan mental pada remaja ternyata cukup beragam. Gangguan mental pada remaja merupakan kelompok yang paling rentan terkena dan risikonya yang paling besar. Remaja merupakan kelompok individu yang paling rentan untuk mengalami gangguan mental.
Ada berbagai banyak faktor risiko yang dihadapi oleh sekelompok remaja yang berpotensi dapat memengaruhi kesehatan mental mereka. Berbagai faktornya pun cukup beragam seperti seumuran remaja, mereka memiliki keinginan besar untuk dapat lebih mandiri, tekanan dalam menyesuaikan diri dengan teman sebayanya, dan peningkatan akses dan penggunaan teknologi.
Data remaja yang terkena gangguan mental
Dilansir dari CNN, sebanyak 24,5 juta remaja di Indonesia didiagnosis mengalami gangguan jiwa selama 12 bulan terakhir. Hal ini disimpulkan berdasarkan dalam penelitian yang dilakukan oleh The National Adolescent Health Survey (I-NAMHS) yang bekerjasama dengan Universitas Gadjah Mada. Tak hanya itu, penelitian ini juga menemukan sebanyak 15,5 juta remaja mengalami gangguan mental atau gangguan kesehatan jiwa dalam kurun waktu selama 12 bulan terakhir.
Baca Juga:6 Manfaat Buah Nangka yang Sangat Sehat untuk Tubuh4 Efek Samping Semir Rambut yang Dapat Membahayakan dan Jarang Diketahui
Angka di atas membuktikan kalau kelompok remaja sangat rentan terkena gangguan pada mental. Tak hanya itu, penelitian tersebut juga mengatakan bahwa masih sedikit kelompok remaja yang tak berani untuk mencoba mencari bantuan profesional atau para ahli yang berkaitan dengan masalah mental yang mereka hadapi. Padahal di zaman yang modern ini, pemerintah sudah meningkatkan akses ke berbagai fasilitas kesehatan yang berkaitan dengan pemeriksaan mental.
Adapun beberapa jenis gangguan mental yang rentan dialami oleh remaja adalah sebagai berikut :
1. Gangguan Emosi
Jenis gangguan mental pada remaja yang pertama dan sering terjadi adalah gangguan emosi. Gangguan ini mengakibatkan seseorang menjadi lebih mudah marah, marah berlebihan atau sering merasa depresi atau frustasi. Tidak hanya dari sisi psikologis, gangguan emosi dapat memicu gejala fisik yang berupa mual, sakit kepala dan juga sakit perut.
Karena tidak dapat mengontrol emosi secara baik, gangguan emosi dapat berdampak kepada bidang akademik di sekolah. Tentu hal ini dapat merugikan penderitanya. Tak hanya berdampak negatif pada penurunan akademis, penderita yang masih remaja bisa saja mengisolasi diri hingga berpikiran untuk menyelesaikan hidupnya atau bunuh diri.