RADARPEKALONGAN.ID – Meski sudah lama sekali jadi trending topik tapi novel Bumi Manusia ini masih terdaftar jadi buku yang sering dicari. Novel ini memang cukup recommended, karena karena mampu memotret peradaban Indonesia di era penjajahan melalui sudut pandang imajinasi sastra realias yang identik dengan Pramoedya Ananta Toer, penulisnya.
Buat kamu yang kepengen mengenal sejarah peradaban Indonesia di masa penjajahan tapi nggak mau ribet, novel ini jadi rekomendasinya.
Novel Bumi Manusia tetap jadi yang populer kendati penulisnya Pramoedya Ananta Toer sudah wafat. Salah satu dari empat tetralogi Pulau Buru ini memang tidak hanya cocok dibaca para penikmat karya sastra, tetapi juga tetap menarik untuk yang minat dengan sejarah. Apalagi untuk kamu memiliki ketertarikan tinggi pada sejarah peradaban Indonesia tapi masih malas membaca buku-buku sejarah yang njlimet. Inilah beberapa hal menarik yang ada pada Novel garapan Pram saat berada menjadi tahanan politik.
Baca Juga:5 Alasan Penting Bawa Buku Yasin Lengkap Ketika di Perantauan8 Rekomendasi Buku Digital Marketing Best Seller Terbaik dan Terbaru
1. Bertemakan Sejarah
Novel Bumi Manusia merupakan cerita yang berdasarkan kenyataan ketika dulu Belanda masih menjajah Indonesia. Kala itu warga pribumi benar-benar ditindas oleh penjajahan Belanda.
Sejarah yang tak terlupakan sebagai bangsa yang dianggap rendah oleh bangsa lain. Sampai dengan seenaknya merendahkan martabat sebagai manusia yang sama derajatnya di hadapan hukum.
Sangat nyata sekali ketika Minke berusaha melawan dengan hukum peradilan yang diselenggarakan oleh Hindia Belanda. Kala itu Minke yang sudah menikah dengan Annelies—Gadis peranakan Indo-Belanda—dipaksa berpisah hanya karena perbedaan status kedudukan.
Minke yang seorang keturunan asli pribumi diadili melalui peradilan Hindia Belanda yang memihak sebelah. Hal ini karena pertarungannya di depan keadilan soal hak asuh dan tanah waris sepeninggal kematian Tuan Melemma.
Kalla itu Peradilan Hindia Belanda memenangkan Istri sah Robert Mellema soal hak waris. Minke yang sedar awal membela Nyai Ontosoroh tak bisa berbuat banyak hal karena hukum Eropa tidak memihak dirinya.
Segala warisan yang Nyai Ontosoroh rawat dan pelihara selama ini akhirnya pupus sudah seteleh kekalahannya di peradilan Eropa.