Namun, ia menambahkan bahwa perubahan kurikulum setiap lima tahun pun sudah terasa terlalu cepat karena pengembangan kapasitas guru yang juga berjalan lambat. “Para pendidik terkadang merasa kewalahan mengikuti perkembangan zaman.”
Salah satu solusi yang dapat diambil untuk mengatasi persoalan ini, menurut Bukik, adalah dengan memperkuat pengembangan kapasitas dan kemampuan guru.
“Hal ini dapat dimulai dari institusi pendidikan dengan menambah anggaran dan memprioritaskan program pengembangan guru,” ungkap Bukik.
Baca Juga:Momen Prabowo Subianto Sowan Habib Luthfi selama Hampir 2 Jam dan Beri KerisPesan Tegas Menhan Prabowo Subianto untuk TNI Polri: Harus Kompak dan Jangan Mau Diprovokasi!
Saat ini, anggaran yang dialokasikan untuk pengembangan guru di setiap sekolah di Indonesia hanya sekitar 0-2 persen dari total anggaran sekolah. Banyak institusi pendidikan yang masih lebih memprioritaskan anggaran mereka untuk pembangunan fasilitas dan prasarana, padahal pengembangan kapasitas guru sangat penting.
Bukik menyebutkan bahwa idealnya, institusi pendidikan harus mengalokasikan setidaknya 20 persen anggarannya untuk pengembangan guru. “Kita perlu mendorong parapendidik untuk terus maju dan berkembang,” kata Bukik.
Dalam menghadapi perkembangan teknologi yang pesat, perubahan kurikulum perlu dilakukan lebih cepat agar tetap relevan dengan kebutuhan zaman.
Namun, untuk menerapkan perubahan tersebut, pengembangan kapasitas guru menjadi kunci utama. Guru perlu didukung dengan peningkatan keterampilan dan kemampuan agar mampu menyelaraskan metode pembelajaran dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan siswa.
Selain itu, institusi pendidikan juga harus memprioritaskan anggaran untuk pengembangan guru. Mengalokasikan sebagian anggaran untuk program pengembangan kapasitas guru menjadi investasi penting untuk masa depan pendidikan. Dengan cara ini, para pendidik akan memiliki akses ke pelatihan dan sumber daya yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dan peluang baru dalam pembelajaran.
Selaras dengan itu, kolaborasi antara institusi pendidikan, pemerintah, dan sektor industri juga menjadi penting. Kerjasama ini dapat menciptakan program pengembangan guru yang lebih luas dan terintegrasi, sehingga guru dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan terkini yang diperlukan dalam era kecerdasan buatan dan transformasi digital.
Dalam kesimpulannya, menghadapi perubahan teknologi dan kehadiran kecerdasan buatan dalam pendidikan adalah sebuah tantangan yang tidak dapat dihindari. Namun, dengan sikap yang positif, pengembangan keterampilan guru, dan pemanfaatan teknologi secara bijaksana, kita dapat mengubah kekhawatiran menjadi peluang.