“Ndak ada hasrat atau unsur nafsu yang mengarah ke tindakan yang kurang baik. Malam itu juga kita selesaikan masalah yang ada. Mas S mengaku salah. Ia menegaskan jika tidak berniat nafsu atau yang lain, tidak. Itu ciuman sayang kepada santriwatinya. Dari penjelasan itu, beberapa dari kami sudah menerima, dan malam itu sudah reda,” tandas J.
Bahkan, pada pagi harinya, S, mendatangi beberapa keluarga dari anak yang diciumn itu dan minta maaf. “Sudah selesailah di situ sebenarnya persoalan yang ada,” ungkap J.
Namun, kasus itu memicu salah satu korban lainnya berinisial D untuk melaporkan S. Kasus D sendiri sebenarnya sudah terjadi tiga tahun yang lalu. Dua korban lainnya juga muncul dengan kasus lebih dari lima tahun yang lalu. “Dengan adanya kasus itu, ada yang ngangkat lagi kasus yang lama. Padahal dari lima anak yang pertama itu sudah selesai. Namun ada yang memprovokasi warga, sehingga terjadi persekusi di balai desa Sambiroto. Akhirnya daripada anarkis di desa, dibawalah ke Polres Pekalongan,” terang J.
Baca Juga:Sosialisasikan Polisi RW, Kapolres Pekalongan Duduk Bareng Nelayan Wonokerto, Baru 636 RW Tercover Polisi RWGeng Motor Mabuk-mabukan, Kocar-kacir Didatangi Mobil Patroli Polisi, 6 Motor Diamankan
Ia sendiri selaku orang tua dari salah satu korban sudah memaafkan perbuatan S. Sebab, dari konfirmasi yang dilakukan terhadap S, ia hanya mencium pipi kanan dan kiri anaknya tanpa ada hasrat atau nafsu. Namun hanya ciuman kasih sayang orang tua terhadap muridnya. “Lima anak sudah memaafkan S dan tidak akan menuntutnya,” kata dia.
Kasus Guru Ngaji Diduga Cabuli Santri Minta Diselesaikan Kekeluargaan
Kadus Kedung Bunder RT 05 RW 03, Wihiryono, mengakui, masyarakat Dukuh Kedung Bunder mengharapkan kasus itu bisa diselesaikan secara kekeluargaan. Warga setempat menilai perbuatan S mencium pipi santrinya merupakan bentuk kasih sayang guru terhadap muridnya. Tidak ada unsur nafsu atau perbuatan tidak senonoh yang lebih jauh. S pun sudah meminta maaf jika perbuatannya itu dinilai salah.
Kadus Kedung Bunder Wihiryono (pakai topi) meluruskan informasi terkait guru ngaji diduga cabuli santri di pedukuhannya, sebab informasi di medsos banyak yang hoaks (Hadi Waluyo)