Guru Ngaji Diduga Cabuli Santri di Desa Sambiroto, Tokoh Masyarakat dan Keluarga Korban Minta Diselesaikan Kekeluargaan, 5 Korban Memaafkan dan Tak Menuntut

guru ngaji diduga cabuli santri
Tokoh masyarakat Dukuh Kedung Bunder, Desa Sambiroto, Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan berharap kasus yang menjerat guru ngaji diduga cabuli santri di desa itu bisa diselesaikan secara kekeluargaan (Hadi Waluyo)
0 Komentar

Selama puluhan tahun, S menjadi tokoh agama di pedukuhan tersebut. Ia menjadi marbot, muazin, hingga imam di musala di dukuh tersebut. Selain itu, S juga mengajari anak-anak ngaji dan ilmu agama lainnya. “Anak saya sejak kecil juga diajari S ini. Hingga sekarang anak saya berumur 24 tahun, ndak pernah ada masalah,” katanya.

Sementara itu, pengacara S, Jimmy Muslimin, mengatakan, dalam bab ini dirinya tidak membenarkan perbuatan kliennya, namun ia membela hak hukum dari kliennya tersebut.“Persoalan ini sebenarnya bisa diselesaikan secara kekeluargaan. Karena dari delapan korban itu, salah satunya anak dari Pak J, sudah tidak mau melanjutkan kasusnya. Kemungkinan kedepannya juga akan ada lagi yang mau mundur atau memaafkan Pak S, apalagi S beserta keluarganya sudah meminta maaf kepada para korban. Kejadian ini pun ada yang sudah lama. Dua korban kasusnya hampir sudah enam tahun. Dan yang satunya kurang lebih dua tahun,” kata dia.

Ia berharap, jika memang bisa diselesaikan dengan kekeluargaan, dengan permintaan maaf, maka kasus yang menjerat kliennya tidak dilanutkan. “Biarkan kasus ini selesai dengan restoratif justice. Tapi kalau memang mau melanjutkan, saya selaku pengacara dari S, saya akan membela dan membuktikan di pengadilan,” ujar dia.

Pengacara S, Jimmy Muslimin, beri keterangan kepada wartawan (Hadi Waluyo)

Baca Juga:Sosialisasikan Polisi RW, Kapolres Pekalongan Duduk Bareng Nelayan Wonokerto, Baru 636 RW Tercover Polisi RWGeng Motor Mabuk-mabukan, Kocar-kacir Didatangi Mobil Patroli Polisi, 6 Motor Diamankan

“Sekali lagi dalam bab ini dari pernyataan dari S, beliau mencium pipi kanan dan kiri itu sebagai bentuk kasih sayangnya seorang guru ngaji terhadap murid. Itu dilakukan bukan di tempat yang sepi, bukan di kamar, atau apa. Itu kejadian di musala depan. Pas beliau mulang ngaji dan itu belajar wudhu,” ungkapnya.

Terkait adanya surat di medsos yang berisi ‘jangan bilang siapa-siapa nanti saya traktir ayam goreng dan kasih uang Rp 50 ribu’, itu pernyataan S kepada salah satu muridnya yang pintar. “Beliau sudah menjanjikan terkait kalau rajin salat Subuh berturut-turut beliau akan memberi uang tersebut. Ini statmen bukan dari Pak S tapi istri dan keluarga juga sudah mengetahui. Salahnya ada kata-kata jangan bilang siapa-siapa akhirnya opini masyarakat menjadi liar,” terang dia.

0 Komentar