Para pengujinya di Australia sampai pada ingin lihat kuburan.
“Saya pernah tidur di kuburan Sunan Mbayat tiga bulan,” ujarnya. Awalnya tidak takut. Kian lama kian banyak pengunjung yang bercerita tentang hantu di kuburan itu. “Lama-lama merinding juga,” guraunya.
Makam itu hanya 13 km dari rumahnya di Klaten.
Di perpustakaan itu saya berpisah dengan Iwan Jaya Azis. Saya berjanji kalau ke Ithaca lagi akan mampir rumahnya.
Saya pun ke arah buku-buku yang dulu milik perpustakaan CSIS, yang dihibahkan ke U3I. Huruf ‘I’ di CSIS ternyata fleksibel sehingga nama CSIC bisa abadi. Dari Center for Strategic and International Studies menjadi Center for Strategic and Islamic Studies.
Baca Juga:Wah Parah Nih, Kasus HIV AIDS di Batang Tertinggi Se Jateng, Dewan : Eksekutif Segera Berantas Prostitusi!Belum Miliki Layanan Aduan Kasus Cabul, Bupati : Sementara Pakai Call Center 110 Polres Batang
Dan ternyata tidak hanya perpustakaan CSIS yang pindah ke U3I. Juga seorang peneliti di sana: Philips Vermonte. Dr Philips sekarang menjabat dekan fakuktas ilmu sosiap S-2 U3I.
Prof Komaruddin Hidayat, rektor U3I, mengirim humor ke saya soal Philips Vermonte dan CSIS. Kisahnya terjadi saat CSIS berulang tahun ke 45 di tahun 2016.
Di acara besar itu, tokoh Banser yang kini jadi tokoh Golkar diminta memberi sambutan: Nusron Wahid.
Ia dianggap ”mewakili” kalangan NU. “Waktu saya mau merantau ke Jakarta, saya pamit kiai,” ujar Nusron seperti ditirukan Prof Komar.
Saat pamitan itu, sang kiai berpesan: di Jakarta nanti jangan ke CSIS. Alasannya, CSIS itu singkatan cina senang Indonesia susah. Seisi auditorium CSIS itu pun tertawa gemuruh.
Testimoni berikutnya dari Fajar Haq yang dianggap mewakili kalangan muda Muhammadiyah. Ia juga pamit kiai untuk pindah ke Jakarta. Pesan sang kiai sama, hanya beda singkatan: cina senang inlander susah.
Seisi auditorium kembali bergemuruh. Prof Komar masih ingat, Wapres (saat itu) Jusuf Kalla ikut terpingkal. Demikian juga Buya Syafii Maarif dan Ahok.
Baca Juga:Usai Durian Celeng, Masyarakat Tuntut Penertiban Warung Esek Esek KandemanPedoman Stem Cell
Pak JK juga diminta memberi sambutan. Orang memang menilai CSIS itu begitu. “Tapi pemilik CSIS itu yang justru selalu mendukung saya,” ujar JK disambut gerrrr.
Maksudnya adalah: Jusuf Wanandi. Ia adalah pendiri CSIS. Setiap Pemilu Jusuf Wanandi selalu menjadi tim sukses JK. Pun ketika banyak yang marah ia tetap mendukung JK.