“Tujuannya adalah untuk memutus atau mencegah penularan secara langsung dari ibu ke anak,” jelas dia.
Pemberian imunisasi hepatitis B dalam tiga dosis pada bayi juga termasuk dalam program imunisasi nasional untuk mengurangi insiden penularan.
Pemberian HB0 dalam waktu kurang dari 24 jam setelah kelahiran bayi bertujuan untuk mengurangi transmisi virus dari ibu ke bayi. Selain itu, dilakukan juga pemberian HBIg pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang reaktif terhadap HBsAg, serta pemberian Tenofovir pada ibu hamil dengan viral load tinggi.
Baca Juga:Ada Kekhawatiran Kecerdasan Buatan atau AI Akan Menggantikan Peran Guru, Benarkah?Momen Prabowo Subianto Sowan Habib Luthfi selama Hampir 2 Jam dan Beri Keris
Deteksi dini juga harus dilakukan pada kelompok-kelompok berisiko seperti pengguna jarum suntik, mantan pengguna jarum suntik, pasien dengan HIV, pasien yang menjalani hemodialisis, populasi kunci seperti narapidana, pekerja seks, dan laki-laki seks dengan laki-laki, serta individu dengan riwayat transfusi darah, tato, tindik, dan penggunaan peralatan medis yang tidak steril. Hal ini penting untuk memutus rantai penularan virus.
Perilaku Berisiko Terjadinya Penularan Hepatitis
Dr. Syahril secara khusus mengimbau masyarakat Indonesia untuk menghindari praktik seks berisiko. Perlu diingat bahwa penularan hepatitis dapat terjadi melalui cairan tubuh, termasuk air mani dan air ludah.
Misalnya, melakukan ciuman dengan luka pada mulut dapat menyebabkan penularan virus hepatitis.
Selain itu, penting juga untuk menggunakan pengaman saat berhubungan seks untuk menghindari risiko penularan yang dapat berdampak pada kesehatan dan pertumbuhan anak.
Dengan melakukan langkah-langkah pencegahan ini, diharapkan dapat mengurangi angka penularan hepatitis, terutama dari ibu ke anak. Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama dalam upaya memutus rantai penularan hepatitis dan menjaga kesehatan anak-anak kita. (way)
Ilustrasi: Image by brgfx on Freepik