RADARPEKALONGAN.ID – Amsilati Tasrif karangan KH Khudlori Tabri menjadi salah satu idola santri-santri di Pekalongan. Bagaimana tidak, selain sebagai wujud tabarukan kepada guru, kitab amsilati tasrif karya KH Khudori Tabri ini memang sangat mudah untuk dipelajari.
Siapa nih yang pingin bisa berbahasa Arab?
Belajar bahasa, tentunya kita harus mengetahui aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa tersebut. Selain itu, kita juga perlu menghafal dan memahami banyak kosa kata. Dalam belajar bahasa Arab, kita akan bertemu dengan nahwu dan sorof.
Ilmu nahwu ini mempelajari perubahan yang terjadi di akhir kata dan berguna untuk memastikan ketepatan susunan rangkaian kata yang akan berimplikasi pada makna sebuah kalimat. Sedangkan ilmu sorof mempelajari perubahan bentuk kata dari satu bentuk ke bentuk lainnya.
Untuk santri pemula di kalangan pondok pesantren, biasanya menggunakan kitab nahwu Jurumiyyah dan sorof Amsilati Tasrif. Lalu sebagai tambahan kosa kata, biasanya menggunakan kitab Syiir Ro’sun Sirah.
Ibaratnya, Jurumiyyah adalah bapak dan Amsilati Tasrif adalah ibunya. Sehingga, dalam hal ini keduanya memiliki peran masing-masing dan tidak bisa dipisahkan. Artinya harus sama-sama dipelajari.
Kalau biasanya, kita mengenal kitab Amsilati Tasrif karangan Syekh Muhammad Ma’sum bin Ali Abdul Jabbar al-Maskumambani, yang tidak lain adalah menantu KH Hasyim Asyari.
Di pekalongan ada pula kitab sorof amsilati tasrif karangan KH Khudlori Tabri pendiri pondok pesantren Nurul Huda Simbang Kulon, Pekalongan.
Walaupun kitab ini belum dipelajari di wilayah luas, namun isinya bagus dan mudah untuk di pelajari.
Mamahami kosa-kata dalam kitab Amsilati Tasrif Karangan KH Khudlori Tabri
Sebelum kita masuk pada pembahasan terjemahan kitab Amsilati Tasrif karangan KH Khudlori Tabri, ada beberapa hal yang perlu kita ketahui, yaitu:
Di dalam ilmu sorof (Amsilati Tasrif karangan KH Khudlori Tabri) ada dua cara dalam menashrifkan:
- Tasrif Lughowi / menasrif ke bawah yaitu perubahan fi’il dari bentuk:
- Mufrod (tunggal atau satu),
- Tasniah (dua),
- Jama’ (lebih dari dua atau banyak),
- Mudhakar (laki-laki),
- Muannas (perempuan),
- Ghoib (tidak tampak atau orang ketiga, dia),
- Mukhotob (lawan bicara atau orang kedua, kamu), dan
- Mutakallim (orang yang berbicara atau orang pertama, aku).