Warga Desa Simego kerja bakti menata kembali bebatuan jalan yang lepas, agar jalan bisa dilalui (Hadi Waluyo)
Selain berdampak pada sulitnya akses pendidikan, jalan rusak di wilayahnya membuat harga jual hasil pertanian rendah. Padahal, biaya produksinya lebih tinggi. “Kentang terpaut harganya dengan Gumelem itu sekitar 1000 perkilo, karena akses jalannya itu sangat sulit. Biaya produksi lebih tinggi di sini. Angkutan pupuk di Gumelem 20 ribu, di sini ya 22.500 kadang 25 ribu. Biaya produksi tinggi, tapi harga jual lebih rendah gara-gara aksesnya sulit,” terang dia.
Akses kesehatan pun sulit. Ia menyebutkan, ibu hamil yang memasuki HPL, maka jauh hari sebelumnya sudah dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat, terutama di wilayah Kalibening, Banjarnegara. Karena akses ke kabupaten tetangga ini lebih mudah dibandingkan membawanya ke unit pelayanan kesehatan di Kabupaten Pekalongan. Jika dibawa ke fasilitas kesehatan saat HPL tiba, bayi bisa brojoli di tengah perjalanan karena goyangan saat melintasi jalan rusak.
Baca Juga:Memasuki Tahun Politik 2023-2024, Sekda Pekalongan: Masyarakat Jangan Terkotak-kotak! Agar Pemilu Adem AyemApel Sinergitas TNI-Polri, Siap Kawal Tahun Politik 2024 agar Aman dan Kondusif
“Kira-kira HPL hari Jumat umpamanya ya Selasa atau Rabu sudah turun dulu. Biasanya ke Puskesmas Kalibening, PKU Kalibening, atau Puskesmas Paninggaran. Ada juga ke Aisiyah. Banyaknya dibawa ke arah barat atau ke Kalibening. Soalnya aksesnya lebih mudah ke sana. Ke Petung lebih sulit. Ke arah Petung, dari Simego sekitar 6 kilo rusak parah jalannya,” tutur dia.
Harapan warga, kata dia, jalan Desa Simego yang rusak itu secepatnya bisa diaspal. Supaya roda perekonomian lancar, akses pendidikan mudah, dan pelayanan kesehatan tidak terlalu kesulitan.
“Yang diresmikan Ibu Bupati kemarin baru 2,3 kilometer. Itu ruas dari perbatasan Kalibening sampai sebelah Dukuh Sabrang. Habis dari itu semuanya rusak. Warga berharap pengaspalan jalan diteruskan secara bertahap tiap tahunnya,” harap dia.
Sebagian besar akses jalan utama menuju Desa Simego, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan buruk. Kondisinya seperti kali asat. Para sopir, pemilik mobil dan warga setempat hampir tiap bulan patungan untuk membeli semen dan pasir. Warga gelar kerja bakti. Titik-titik jalan yang dinilai berbahaya dibeton. Batu-batu yang lepas ditata lagi. Itu pun tidak banyak. Karena jalan rusak di desa itu panjangnya sekitar 10 km.