Tentu bahan pengurai tersebut harus yang banyak mengandung sukrosa dan fruktosa. Bahan seperti itu bisa jadi subtrat bagi mikroba yang ada di air lindi.
Itu ilmu kimia biasa. Yang setiap mahasiswa jurusan kimia mempelajarinya. Tapi hanya Rania yang menghubungkan mata kuliah itu dengan persoalan bau sampah yang menjadi keluhan di mana-mana.
Pun di panitia Piala Dunia.
Dari mana Rania dapat ide?
“Inspirasinya dari durian,” ujar Rania.
Anak kedua dari tiga bersaudara ini pernah diajari ayahnyi. Setiap kali selesai makan durian sang ayah minta agar jari Rania dicuci di air yang dituang ke ”mangkuk” kulit durian. Sengat bau durian yang menempel di jari pun langsung hilang.
Bau durian dihilangkan dengan getah durian.
Baca Juga:Polisi Tangkap Pria Penganiaya Purel di BatangTragis, Seorang Purel di Batang Tewas Dianiaya di Kafe Karaoke
Mungkin, pikir Rania, ada sesuatu dari sampah itu sendiri yang bisa dipakai untuk menghilangkan bau sampah. Dia pun mengambil lindi. Membawanya ke lab kimia. Lalu mencari bahan pengurainya.
Ketemulah bahan yang banyak mengandung sukrosa dan fruktosa: tetes tebu. Molase. Yang juga berwarna keruh itu. Yang juga disebut limbah dari proses pembuatan gula pasir.
Rania mencampur lindi dengan molase. Sampai ditemukan formula yang pas. Dia pun tahu seberapa banyak diperlukan molase untuk setiap liter lindi.
Berhasil. Rania lantas memberi nama formula itu: Eco-Lindi. Itulah yang sedang dia patenkan.
Rania belum mengomersialkan Eco-Lindi. Tunggu paten. Kegunaannya sudah diakui di lapangan. Pemkab Sidoarjo sudah menggunakan Eco-Lindi untuk mengatasi bau sampah di sana.
Sidoarjo menjadi yang pertama karena Rania melakukan penelitian di situ. Anggap saja sebagai bentuk terima kasih atas kerja sama penelitiannyi.
Rania akan terus mengembangkan Eco-Lindi menjadi penghilang bau di mana saja: kandang ayam, kandang kambing, dan bau apa pun –kecuali bau badan. Dia juga akan menjadikan Eco-Lindi sebagai pupuk.
Baca Juga:Desember EmasPolres Batang Mutasi Sejumlah Kapolsek dan Kasatbinmas
Dan yang pasti Rania telah berhasil mengatasi persoalan polusi lindi. Tanpa biaya mengolahnya. Justru memanfaatkannya.
Panitia Piala Dunia di Surabaya juga sudah sempat memanfaatkan Eco-Lindi. Mendekati pelaksanaan Piala Dunia lalu gunung sampah di sebelah stadion itu disiram Eco-Lindi.