Waktu itu Rania menyiapkan banyak Eco-Lindi di TPA Sidoarjo. “Sidoarjo kirim 30.000 liter Eco-Lindi ke Surabaya. Disemprotkan di sana,” ujar Rania.
Setelah Piala Dunia resmi batal, tidak ada lagi pemesanan Eco-Lindi dari Surabaya. Harusnya setiap datang sampah baru disiram dulu dengan Eco-Lindi. Bau busuk pun hilang.
Hari Minggu lalu saya nonton Persebaya di stadion itu. Sekalian melihat stadion Gelora Bung Tomo: apa yang berubah. Saya begitu ingin berada di stadion kelas Piala Dunia.
Baca Juga:Polisi Tangkap Pria Penganiaya Purel di BatangTragis, Seorang Purel di Batang Tewas Dianiaya di Kafe Karaoke
Jalan baru langsung menuju stadion sudah jadi. Lebar sekali. Mobil saya termasuk yang diizinkan melewatinya. Begitu cepat sampai stadion. Kanan kiri jalan dibuatkan taman –meski kini mulai kurang terawat.
Gunung sampah itu sendiri tetap menggunung. Sudah diberi pagar warna warni. Pagar itu sekaligus pemisah antara tempat parkir dan tempat sampah.
Suasana pertandingannya sendiri bak final piala dunia.
Stadion penuh penonton. Bonek dan Bonita. Spanduk, bendera, umbul-umbul, dan poster memenuhi stadion.
Nyanyi dan tari tidak pernah berhenti. Mereka rupanya membayangkan sedang jadi penonton piala dunia –yang tidak jadi itu.
Saya sendiri membayangkan Rania ada di tengah lapangan bola. (Dahlan Iskan)