RADARPEKALOGAN.ID – Sahabat-sahabat nabi seperti Abu Bakar, Umar, Usman, Ali, dan lainnya memang selalu taat dan mendukung apa yang menjadi perintah Allah swt dan Rasulnya. Seperti halnya dalam kisah perang Badar.
Selama kurang lebih empat belas tahun, kaum Rasulullah bersama sahabat-sahabat nabi mendapatkan siksaan dari orang-orang kafir Quraisy. Mereka mencemooh, menyiksa, bahkan memblokade dari berbagai sektor yang berhubungan dengan kaum Muslimin.
Lalu pada tahun ke dua Hijriah, Allah Swt memberikan wahyu yang membolehkan kaum Muslimin melakukan perlawanan kepada kaum Quraisy.
Baca Juga:Penyebab Terjadinya Perang Badar pada Tahun ke-2 HijriahCek Harga City Car Mini 250 CC Cuma Rp 20 Jutaan, Mobil Imut yang Bikin Heboh
Perlawanan ini sebagai bentuk pertahanan jiwa, akidah, dan harta benda kaum Muslimin yang selama ini dirampas oleh kaum Quraisy.
Sahabat-Sahabat Nabi Mengemukakan Pendapatnya dalam Jihad Perang Badar
Lukisan Perang Badar 624 M (2 H) karya Mustafa Dhahir dalam Manuskrip Siyeri Nebi tahun 1388.(foto/twitter/@mazzini_gsp)
Sebelum itu, Rasulullah saw mengajak para sahabat-sahabat nabi untuk berunding dan dimintai pendapat mengenai perlawanan yang akan dilakukan.
Sabahat Rasul yang hadir dalam perundingan bukan hanya dari golongan Muhajirin, melainkan juga ada kaum Anshor. Bahkan di dalamnya juga terdapat orang-orang yang munafik.
Ketika Rasulullah saw menanyakan tentang pendapat sahabat-sahabat nabi, ada seorang dari kaum munafik berkata, “Tidak, demi Allah, kita tidak akan sanggup melawan musuh yang memiliki kekuatan penuh, padahal yang kita inginkan hanyalah kafilah mereka.”
Hal ini membuat Rasulullah tidak suka. Lalu Abu Bakar dan Umar bangkit menyeru kepada kaum Muslimin untuk jihad di jalan Allah melalui perang Badar ini.
Seruan berikutnya dikobarkan oleh Miqdad bin Amr. Beliau berkata:
“Wahai Rasulullah, lakukanlah apa yang Allah swt perintahkan kepadamu, kami senantiasa akan selalu bersamamu. Demi Allah, kami tidak akan mengatakan hal yang dikatakan bani Israil kepada nabi Musa, ‘Pergilah engkau dan tuhanmu, dan berperanglah! Sungguh, kami akan tetap duduk disini berpangku tangan.’ Akan tetapi, kami mengatakan, ‘Pergilah engkau dan tuhanmu berperang, sesungguhnya kami ikut berperang bersamamu’.”
Rasulullah menunjukkan wajah berseri setelah mendengar perkataan Miqdad bin Amr.