PEKALONGAN, RADARPEKALONGAN.ID – Selesai menanam bibit mangrove di Kawasan Utara Pekalongan, delegasi 20 negara belajar praktik membatik di Museum Batik Pekalongan, Kamis (8/6/2023)
Dalam pantauan para delegasi dari 20 negara asing diantaranya dari Argentina, Armenia, Chile, Kenya, India, Bhutan, dan negara lainnya, tampat bergembira dan bersemangat belajar praktik membatik.
Delegasi 20 Negara Mengenal potensi Unggulan Lokal Kota Pekalongan
Para delegasi 20 negara belajar mengenal berbagai macam potensi unggulan lokal yang ada di Kota Pekalongan, salah satunya batik yang menjadi mayoritas mata pencaharian (livehood) masyarakat lokal di Kota Pekalongan.
Baca Juga:Para Delegasi 20 Negara Tanam Bibit Mangrove, Walikota Aaf Berharap Bisa Minimalisir Abrasi13 Kampung Keluarga Berencana Dilaunching Sebagai Ikhtiar Atasi Stunting
Puluhan perwakilan negara dari benua Afrika, Asia, dan Amerika ini terlihat sangat antusias selama pamong budaya maupun pemandu wisata yang ada di Museum Batik menjelaskan berbagai jenis kain batik khas Nusantara dan mengajarinya praktek membatik.
Para delegasi 20 negara belajar praktik membatik di Museum Batik Pekalongan, Kamis (8/6/2023).(Radarpekalongan.id/Kominfo)
Direktur Program Kemitraan Indonesia, Dewi Rizky menyampaikan bahwa, dari kegiatan edukasi di Museum Batik ini, para delegasi 20 negara bisa memahami beragam corak batik yang ada di Indonesia khususnya batik khas Kota Pekalongan dan pemanfaatan pewarna alami.
“Disamping mengedukasi para delegasi negara ini, nanti Kemitraan juga akan melatih 400 orang pembatik di Kota Pekalongan dengan menggunakan pewarna alami,” tutur Dewi.
Para delegasi 20 negara dikenalkan batik khas pekalongan di Museum Batik Pekalongan, Kamis (8/6/2023).(Radarpekalongan.id/Kominfo)
Menurutnya, dari kegiatan pengenalan potensi unggulan lokal daerah di program Adaptation Fund ini, diharapkan negara-negara yang datang berkunjung ke Kota Pekalongan ini bisa melihat dan memahami serangkaian proses membatik sebagai warisan budaya bangsa yang harus terus dilestarikan mulai dari bahan dan alat, jenis-jenis kain dan corak, hingga teknik-teknik membatik.
“Mereka ikut berlatih praktek membatik secara langsung, sehingga mereka paham bagaimana proses membatik itu sendiri, terutama pemanfaatan pewarna alami. Tujuan dari proyek Adaptation Fund ini juga sebenarnya agar bisa meningkatkan potensi masyarakat lokal di Kota Pekalongan untuk terus menggunakan pewarna alami. Sebab, nantinya produksi batik mereka bisa memiliki harga yang memang premium dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat,” harapnya.