Ekspresi Emosi Manusia dalam Variasi Budaya
Namun, ada perbedaan budaya yang penting dalam cara kita mengekspresikan emosi. Aturan tampilan adalah perbedaan dalam cara kita mengatur ekspresi wajah kita sesuai dengan ekspektasi sosial dan budaya.
Dalam satu percobaan klasik, para peneliti diam-diam mengamati peserta Jepang dan Amerika ketika mereka melihat gambar dan video mengerikan tentang hal-hal seperti amputasi dan operasi. Orang-orang dari kedua latar belakang menunjukkan ekspresi wajah yang sama, meringis dan menunjukkan rasa jijik pada gambar berdarah tersebut.
Namun, ketika seorang ilmuwan hadir di ruangan saat para peserta melihat pemandangan ini, para peserta Jepang lebih cenderung menutupi perasaan mereka dengan senyuman. Mengapa kehadiran ilmuwan mengubah cara pemirsa ini merespons?
Baca Juga:7 Ragam Emosi dalam Diri Manusia, Apa Sajakah Itu?3 Elemen Kunci Emosi yang Tentukan Respons Emosional Manusia
Dalam budaya Jepang, biasanya kurang dapat diterima untuk menampilkan emosi negatif yang kuat di depan orang lain daripada di budaya Amerika. Dengan menutupi ekspresi emosi mereka, pemirsa Jepang mematuhi aturan tampilan budaya mereka.
Kemampuan untuk mengekspresikan dan menafsirkan emosi memainkan peran penting dalam kehidupan kita sehari-hari.
Sementara banyak ekspresi emosi bawaan dan kemungkinan besar terprogram di otak, ada banyak faktor lain yang memengaruhi cara kita mengungkapkan perasaan batin kita. Tekanan sosial, pengaruh budaya, dan pengalaman masa lalu semuanya dapat membantu membentuk ekspresi emosi.
Emosi, Perasaan, dan Suasana Hati
Dalam bahasa sehari-hari, orang sering menggunakan istilah emosi, perasaan, dan suasana hati secara bergantian, tetapi istilah ini sebenarnya memiliki arti yang berbeda. Emosi biasanya berumur pendek, tetapi intens. Emosi juga cenderung memiliki penyebab yang pasti dan dapat diidentifikasi. Misalnya, setelah tidak setuju dengan seorang teman tentang politik, kamu mungkin mengalami ekspresi emosi kemarahan.
Ambil contoh tidak setuju dengan temanmu. Kalian berdua mungkin meninggalkan percakapan setelah mengalami emosi kemarahan.
Kemarahanmu mungkin terasa seperti frustrasi karena kamu merasa temanmu tidak pernah mendengarkanmu saat kamu berbicara. Kemarahan temanmu, di sisi lain, mungkin terasa seperti kecemburuan karena dia merasa kamu tahu lebih banyak tentang topik itu daripada dia. Kalian berdua memiliki emosi yang sama, tetapi perasaanmu berbeda berdasarkan interpretasimu yang terpisah.