Banyak respons fisiologis yang kamu alami selama merasakan suatu emosi, seperti telapak tangan berkeringat atau detak jantung yang berpacu, diatur oleh sistem saraf simpatik, cabang dari sistem saraf otonom.
Sistem saraf otonom mengontrol respons tubuh yang tidak disengaja, seperti aliran darah dan pencernaan. Sistem saraf simpatik bertanggung jawab untuk mengendalikan reaksi lawan-atau-lari tubuh. Saat menghadapi ancaman, respons ini secara otomatis mempersiapkan tubuhmu untuk melarikan diri dari bahaya atau menghadapi ancaman secara langsung.
Sementara studi awal fisiologi emosi cenderung berfokus pada respons otonom ini, penelitian yang lebih baru menargetkan peran otak sebagai elemen kunci emosi. Pemindaian otak telah menunjukkan bahwa amigdala, bagian dari sistem limbik, memainkan peran penting dalam emosi dan ketakutan pada khususnya.
Baca Juga:Menyelamatkan Hubungan Setelah Perselingkuhan? 5 Hal Ini Direkomendasikan UntukmuMenghentikan Trust Issue, Ini 5 Cara untuk Melakukannya
Amigdala itu sendiri adalah struktur kecil berbentuk almond yang telah dikaitkan dengan kondisi motivasi seperti lapar dan haus serta ingatan dan emosi. Para peneliti telah menggunakan pencitraan otak untuk menunjukkan bahwa ketika orang diperlihatkan gambar yang mengancam, amigdala menjadi aktif. Kerusakan pada amigdala juga telah terbukti mengganggu respon rasa takut.
Respons Perilaku
Komponen terakhir dari elemen kunci emosi mungkin merupakan salah satu yang paling kamu kenal — ekspresi emosi yang sebenarnya. Kita menghabiskan banyak waktu untuk menafsirkan ekspresi emosional orang-orang di sekitar kita. Kemampuan kita untuk memahami ungkapan-ungkapan ini secara akurat terkait dengan apa yang oleh para psikolog disebut sebagai kecerdasan emosional, dan ungkapan-ungkapan ini memainkan peran utama dalam bahasa tubuh kita secara keseluruhan.
Penelitian menunjukkan bahwa banyak ekspresi bersifat universal, seperti senyuman untuk menunjukkan kebahagiaan atau cemberut untuk menunjukkan kesedihan.
Norma sosiokultural juga berperan dalam cara kita mengekspresikan dan menafsirkan emosi. Di Jepang, misalnya, orang cenderung menutupi tampilan ketakutan atau rasa jijik saat figur otoritas hadir. Orang-orang di Amerika Serikat lebih cenderung mengekspresikan emosi negatif baik sendirian maupun di hadapan orang lain, sementara orang-orang di Jepang lebih cenderung melakukannya saat sendirian.
Itulah tiga elemen kunci emosi yang sangat terikat dengan apa yang kita rasakan secara emosional.