RADARPEKALONGAN.ID – Siklus pesta demokrasi lima tahunan kembali akan dihadapi masyarakat Indonesia melalui Pemilu Serentak pada Februari 2024 mendatang. Beberapa isu strategis Pemilu 2024 pun mulai banyak diperbincangkan pemerintah, penyelenggara Pemilu hingga para ahli.
Isu strategis Pemilu 2024 ini menyangkut kualitas pesta demokrasi yang bakal dijalani masyarakat Indonesia. Karena itu, semua pihak yang peduli terhadap masa depan bangsa diminta untuk meluangkan komitmen dan kepeduliannya guna sama-sama menghadirkan Pemilu 2024 yang bermartabat.
Kepala Badan Kesbangpol Kabupaten Batang, Dr Agung Wisnu Barata MM, mengatakan, Pemilu 2024 akan menjadi salah satu pesta demokrasi terbesar di Indonesia, bahkan mungkin dunia, di mana Pemilu Legislatif (Pileg) dan Pemilu Presiden (Pilpres) akan dilaksanakan serentak dalam satu waktu. Karena itu seperti halnya Pemilu serentak sebelumnya di 2019, potensi kendala dan tantangannya pun pastilah besar.
Baca Juga:Indonesia Masih Peringat 3 TBC Dunia, Program USAID Mentari TB Diapresiasi Wamenkes RIPolres Dorong Penguatan Poskamling di Kendal Demi Kawal Pemilu 2024 yang Sukses dan Kondusif
“Ya kita sudah belajar dari Pemilu serentak 2019 dan bisa membayangkan potensi permasalahannya akan seperti apa. Maka ini tidak hanya menjadi tantangan bagi pemerintah ataupun penyelenggara Pemilu, melainkan juga para peserta Pemilu serta semua elemen bangsa untuk bisa menghadirkan kualitas Pemilu yang lebih baik di 2024 mendatang,” ungkap Agung, Minggu (25/6/2023).
Isu Strategis Pemilu 2024
Belajar dari Pemilu 2019 dan tahapan yang sedang berjalan untuk Pemilu 2024, maka setidaknya ada empat isu strategis Pemilu 2024 yang perlu menjadi perhatian bersama. Pasalnya, isu strategis ini juga akan menentukan kualitas sebuah proses Pemilu.
Yang pertama, terkait dengan kondusivitas pelaksanaan, baik saat pelaksanaan, sebelum maupun sesudahnya. Ya, kondusivitas ini pastilah masuk dalam isu strategis Pemilu 2024. Menurut Agung, dari hasil sebuah survei, dari beberapa indikator kesuksesan Pemilu, peringkat pertama yang paling diharapkan masyarakat adalah soal aman dan damai ini.
“Sebagai kontestasi politik, pastilah ada ketegangan dan potensi konflik yang mengancam baik antar peserta Pemilu, internal peserta pemilu, atau antar pendukung. Ketegangan ini terutama berpotensi menguat di media sosial, tetapi bisa juga berimbang ke kehidupan riil masyarakat. Maka penting bagi setiap peserta pemilu maupun masyarakat pendukung untuk menyiapkan mental besar menghadapi kontestasi politik, agar situasi dan kondusivitas masyarakat tidak ikut dikorbankan demi kepentingan politik,” ungkap Agung.