Mengambil Hikmah dari Kisah Nabi Ismail yang Rela untuk Dikorbankan

Mengambil Hikmah dari Kisah Nabi Ismail yang Rela untuk Dikorbankan
Mengambil Hikmah dari Kisah Nabi Ismail yang Rela untuk Dikorbankan (Freepik)
0 Komentar

Seiring dengan berjalannya waktu, datanglah orang orang ke lembah Mekkah karena terdapat mata air disana. Kabilah Bani Jurhum menetap disana, menjadi tetangga bagi Hajar dan Ismail.

Ismail tumbuh dalam asuhan Ibunya. Lama sekali ayahnya tidak mengunjungi Ismail, hingga dia sudah menginjak usia remaja. Maka ketika kesempatan itu datang, Ismail begitu gembira.

Demikian juga dengan Ibrahim kiranya sungguh tak terperi rasa cinta kepada Ismail putranya. Namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama.

Baca Juga:Belajar Keikhlasan dari Nabi IbrahimRekomendasi Motor Gede untuk Rider Pemula

Dalam suatu malam Ibrahim bermimpi diperintahkan untuk menyembelih putranya. Tiga malam berturut turut mimpi itu datang dan selama dua hari Nabi Ibrahim memikirkannya, lalu meminta pendapat Ismail perihal mimpinya.

Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan Allah SWT kepadamu, insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang orang yang sabar“. Begitulah jawab dan janji ismail.

Keesok harinya Ibrahim dan Ismail menuju bukit di Mina. Kedua berserah diri, berbaringlah Ismail dengan pelipis menyentuh bumi dengan wajah membelakangi ayahnya.

Takbir dikumandangkan dan parang diangkat, sementara Ismail bersyahadat untuk menghadapi kematiannya. Diayunkanlah parang ke leher Ismail, bergemuruhlah langit dan bumi.

Allah SWT menjadi saksi “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu (berdua) telah membenarkan mimpi itu“. Maka Allah SWT kemudian menebus Ismail dengan sembelihan yang besar.

Ilustrasi Sembelihan (Freepik)

Maha Besar Allah, selamatlah Ismail dengan pilihan sikapnya untuk rela dikorbankan. Sungguh keduanya telah berhasil melewati ujian Allah SWT yang nyata.

Hikmah dari Kisah Nabi Ismail yang rela untuk dikorbankan

Ilustrasi berbagi (Freepik)

Baca Juga:Rekomendasi Tas Kerja Pria Terbaik 2023 yang Cocok Buat ke KantorMemetik Pelajaran dari Sebuah Pohon, Menjadi Inspirasi Meningkatkan Kualitas Diri

Pilihan sikap Ismail untuk dikorbankan menggambarkan kombinasi dimensi pemikiran, perasaan dan kehendak untuk menempatkan Allah SWT di tempat tertinggi dalam hidupnya.

Sikap Nabi Ismail tersebut dipengaruhi oleh empat hal yakni :

Pertama, nilai nilai Ketauhidan yang bersumber dari pendidikan kedua orang tuanya.

Kedua, keberanian mengambil sikap dan pengalaman hidupnya.

Ketiga, keberadaan figure teladan dari Nabi Ibrahim.

Keempat, doa dari Nabi Ibrahim.

Barangkali keempat hal itu pula yang bisa kita lakukan guna menumbuhkan sikap kerelaan untuk dikorbankan.

Nilai nilai ketauhidan sudah dimiliki agar perlu terus dijaga dan dipelihara dengan merasakan kenikmatanNya, pertolonganNya juga kebesaranNya.

0 Komentar