RADARPEKALONGAN.ID – Haji adalah Ibadah yang wajib dilakukan umat Islam, dimana umat Islam baiknya mampu menghayati kembali makna dan tujuan ibadah haji agar mabrur.
Menghayati makna dan tujuan ibadah haji (Twitter/@Arrabbeau)
Ibadah haji merupakan perintah Allah SWT. Tertulis dalam Surat AlHajj ayat 27, “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh”.
Berangkat dari fenomena sebagian masyarakat yang berangkat haji namun ketika kembali ke tanah air tidak ada perubahan.
Baca Juga:Belajar dari Kebangkitan JepangEfektif! Cara Mengelola Emosi Saat Marah
Padahal sangat disayangkan haji merupakan ibadah spesial yang setiap orang belum tentu bisa melaksanakannya.
Sejarah ibadah haji pada peradaban masa lalu
Sejarah peradaban masa lalu, jauh sebelum Nabi Muhammad saw lahir, manusia sudah mengenal Ibadah Haji.
Dari beberapa sumber sejarah kota mekkah, bahwa ka’bah sudah menjadi baitullah sejak jaman Nabi Ibrahim as.
Seperti yang tertulis dalam surat Ali Imran ayat 96 “Sesungguhnya rumah yang mula mula dibangun untuk (tempat ibadah) manusia. Ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia”
Sepeninggal Nabi Ibrahim as, ajaran dinul hanif atau menyembah Allah SWT mulai bergeser. Pada saat itu, para ahli kitab menjual kebenaran dan umat manusia mulai menyekutukan Tuhan.
Kemudian sekitar tahun 600 Masehi, Ketika Nabi Muhammad saw lahir, kondisi masyarakat dikenal sebagai masyarakat jahiliyah atau masyarakat yang rusak.
Masyarakat Arab menjadi kota kaya dengan pimpinan para saudagar. Mekkah memiliki hak istimewa karena ternyata di Kakbah ditaruh berhala berhala yang jumlahnya 360 buah.
Baca Juga:Ga Sampai Sejuta! Ini 8 Rekomendasi Helm Bagus dan Terjangkau untuk Para Bikers SejatiMengambil Hikmah dari Kisah Nabi Ismail yang Rela untuk Dikorbankan
Berhala tersebut menjadi symbol dewa yang dipuja oleh masing masing suku. Setiap tahun, mereka selalu berziarah, selain itu juga berbelanja, melakukan ritual pemujaan dan membawakan oleh oleh keluarga. Maka pada saat itu para penguasa
Mekkah sangat menanti musim haji. Bahkan mereka rela menyambut dan menjamu para penziarah.
Ibadah haji yang seharusnya meningkatkan keimanan dan ketakwaan, pada masa lalu bergeser menjadi pusat kejahiliyahan dan bertabur dengan pesta pora.