“Kenapa tidak kalian tanyakan saja pada patung yang paling besar, toh ada kapak di lehernya.”
Narasi Ibrahim ini sebetulnya sebuah satire untuk penguasa dan masyarakatnya. Sebab diketahui dalam keyakinan masyarakat saat itu, bahwa patung terbesar dalam sebuah kuil itu meresperentasikan derajat ketuhannya yang semakin besar pula. Namruz dan para pengikutnya pun marah, karena pernyataan itu telah mempermalukan keyakinan mereka.
Karena aksinya ini pula Ibrahim dihukum bakar oleh Raja Namruz. Tetapi Allah menyelamatkan Ibrahim muda dengan menjadikan sifat api yang panas menjadi dingin. “Bardan wasalaaman ala Ibrahim…”
Baca Juga:DPRD Batang Minta Penyerapan APBD 2023 Dipercepat, Demi Intervensi Langsung Pergerakan Eokonomi200 Guru Ikut Pelatihan Menulis Ilmiah, Sekda Minta Jangan Hanya Kejar Credit Point, Tetap Tingkatkan Kompetensi Profesi
Aksi kedua adalah proses observasi dan penelitian yang dilakukan Ibrahim terhadap sifat benda-benda langit yang disembah sebagian masyarakatnya. Ia menguji apakah benda-benda angkasa ini layak didaulat sebagai Tuhan.
Proses ini dilukiskan dalam Al-Qur’an di Surat Al-An’am ayat 76-78. Awalnya, Ibrahimterpesona dengan bintang dan menganggapnya sebagai tuhan, tetapi begitu bintang itu hilang ia kecewa. Kalau ia Tuhan, kenapa harus hilang?
Saat melihat bulan, Ibrahim muda juga menyangkanya tuhan, tetapi esoknya juga hilang. Dan paginya ia saksikan benda langit paling besar: matahari, ini lebih layak menyandang predikat tuhan. Sayangnya, begitu sore matahari pun terbenam. Dalam logika Ibrahim, tuhan semestinya tak timbul tenggelam, tidak bergantung pada waktu.
Itulah proses penelitian Ibrahim untuk mencari kebenaran, menemukan Tuhan, sebuah metode yang dalam keilmuan mdoern dikenal sebagai uji kesalahan atau falsifikasi, lawan dari uji kebenaran (verifikasi).
Dalam pencarian kebenaran ala falsifikasi, hal-hal yang paling dekat dengan kesalahan, paling menyangsikan, masygul, harus dieliminasi terlebih dahulu, disingkirkan dari daftar “kandidat tuhan” sampai pada keyakinan (hipotesa) yang paling tidak meragukan. Ya semisal proses menyortir barang hasil produksi, yang afkir singkirkan dulu, sehingga hasil akhirnya adalah yang terbagus kualitasnya.
Lalu apa hasil dari dari proses pencarian Ibrahim atas kebenaran, proses menemukan Tuhan? Jawabannya sebagaimana digambarkan pada QS. Al-An’am: 79, yang mungkin populer bagi umat Islam di Indonesia karena masuk dalam bacaan doa iftitah saat salat.