Orang membuat ribuan keputusan setiap hari, sebagian besar dan sebagian kecil. Sementara beberapa dari pilihan ini ternyata baik, kemungkinan besar tidak setiap keputusan yang kamu buat akan menjadi keputusan yang baik. Terkadang, kamu berada di situasi sebagai pembuat keputusan yang buruk.
Ketika kamu melihat ke belakang, kamu mungkin bertanya-tanya mengapa kamu membuat keputusan tersebut dan berpikir kamu adalah pembuat keputusan yang buruk, yang menyebabkan perasaan menyesal. Meskipun tidak perlu dikatakan lagi bahwa kamu mungkin akan terus menjadi pembuat keputusan yang buruk dari waktu ke waktu, Anda dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang proses di balik pilihan yang terkadang tidak rasional ini.
Banyak faktor yang menyebabkan kamu menjadi pembuat keputusan yang buruk. Memahami bagaimana proses ini bekerja dan memengaruhi pemikiranmu dapat membantumu membuat keputusan yang lebih baik di masa depan.
Mengapa Kamu Menjadi Pembuat Keputusan yang Buruk?
Jalan Pintas Mental
Baca Juga:5 Tips Agar Kamu Bisa Mengambil Keputusan dengan Baik9 Kebiasaan yang Membentukmu Menjadi Pembuat Keputusan yang Baik
Jika kamu harus memikirkan setiap kemungkinan skenario untuk setiap kemungkinan kamu menjadi pembuat keputusan yang buruk, kamu mungkin tidak akan menyelesaikan banyak hal dalam satu hari. Untuk membuat keputusan dengan cepat dan hemat, otakmu bergantung pada sejumlah jalan pintas kognitif yang dikenal sebagai heuristik.
Misalnya, kamu dapat memerangi bias penahan dengan membuat berbagai perkiraan yang memungkinkan. Jadi jika kamu membeli mobil baru, tetapkan kisaran harga yang masuk akal daripada berfokus pada harga rata-rata keseluruhan kendaraan tertentu.
Perbandingan Buruk
Perbandingan adalah salah satu alat yang digunakan orang saat membuat keputusan. Karena kamu mengetahui harga barang pada umumnya, kamu dapat membandingkan opsi untuk memilih harga terbaik. Kamu menetapkan nilai berdasarkan perbandingan suatu barang dengan barang lainnya.
Tetapi apa yang terjadi ketika kamu membuat perbandingan yang buruk? Atau ketika item yang kamu bandingkan dengan pilihanmu tidak representatif atau sama? Misalnya, berapa banyak kamu akan menghemat lima ribu?
Jika kamu dapat menghemat dua puluh ribu untuk barang seharga 150 ribu dengan berkendara 15 menit dari jalanmu, kamu mungkin akan melakukannya. Tetapi jika kamu dapat menghemat lima ribu untuk barang seharga 500 ribu, apakah kamu masih ingin menghemat uang? Meskipun kedua contoh tersebut melibatkan jumlah penghematan yang sama, dalam banyak kasus orang kurang bersedia melakukan perjalanan lebih jauh untuk menghemat uang pada barang yang lebih mahal.